Halaman
50
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Pelajaran 5
MENGULAS SECARA KRITIS FILM DAN DRAMA
Pelajaran ini berisi proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang berbasis teks
ulasan. Pembelajaran teks ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik memperoleh
wawasan pengetahuan yang lebih luas agar terampil berpikir kritis dan kreatif serta
mampu bertindak efektif menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan nyata
sebagaimana tercermin dalam teks. Melalui pembahasan pengalaman tokoh dalam
film dan drama, peserta didik diharapkan dapat mengambil hikmahnya sebagai
motivasi dalam meraih cita-cita dan memperkuat kepribadiannya. Pembelajaran
ini juga dimaksudkan untuk menanamkan sikap posisif dalam diri peserta didik
bahwa keberadaan bahasa Indonesia merupakan
cerminan sikap dan jati diri
bangsa
Indonesia di lingkungan pergaulan dunia global. Untuk itu, Pelajaran 5 dikemas dengan
menyajikan tema atau topik “mengulas secara kritis film dan drama”.
Perbincangan tentang tema pelajaran ini terdiri atas tiga tahap kegiatan
pembelajaran berbasis teks, yaitu (1) pembangunan konteks dan pemodelan teks ulasan,
(2) kerja sama pembangunan teks ulasan, dan (3) kerja mandiri pembangunan teks
ulasan. Dalam setiap ulasan terdapat komponen cerita yang disebut tafsiran isi dan
evaluasi. Melalui tahapan kegiatan pembelajaran teks tersebut, dilakukan penafsiran
terhadap film dan drama yang ditonton, lalu dievaluasi dari berbagai sudut pandang,
kemudian diangkat dalam ulasan teks. Penafsiran dan evaluasi itu, baik pada tahap kerja
sama maupun kerja mandiri, dilalukan untuk membangun teks dengan menerapkan
pembelajaran saintifik dan penilaian autentik. Dalam pelaksanaan kegiatan ini, peserta
didik akan diberi tugas untuk untuk memperoleh kompetensi sebagaimana diharapkan
dan membangkitkan kegemaran belajar.
Kegiatan 1
Pembangunan Konteks dan Pemodelan Teks Ulasan
Sikap kritis perlu dimiliki oleh setiap orang. Sikap kritis pada dasarnya merupakan
kepekaan terhadap sesuatu di sekitar kita. Karena daya analisisnya yang tajam, seseorang
yang bersikap kritis selalu berusaha menemukan sesuatu yang terbaik atau ideal.
Sebagai peserta didik, kalian perlu memiliki sikap kritis terhadap apa pun yang kalian
hadapi.
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
51
Dengan sikap kritis kalian harus mempunyai keberanian untuk mengungkapkan
kebenaran meskipun dalam pelaksanaannya tidak mudah. Untuk itu, kalian harus
memiliki kepedulian dan kepekaan sosial yang tinggi. Hal ini berarti bahwa sikap kritis
tidak pernah terlepas dari norma, etika, dan/atau aturan hidup yang berlaku di dalam
masyarakat.
Perlu dipahami bahwa seseorang yang bersikap kritis harus memiliki mental yang
kuat, yang juga siap mendapat kritikan dari orang lain. Artinya, kalian harus menerima
dengan jiwa besar setiap kritikan dan masukan untuk membangun jati diri kalian sebagi
manusia tangguh. Dikatakan demikian karena di dalam kritik atau kecaman tersirat
adanya pertimbangan atau penilaian baik-buruknya suatu perbuatan. Kritik dapat
muncul dari siapa saja dan kapan saja. Oleh sebab itu, kalian harus berbesar hati jika
mendapat kritikan.
Apa yang akan kalian lakukan jika ingin melontarkan kritik terhadap hasil karya
seseorang? Cara yang paling tepat adalah menyampaikan kritik dengan tutur sapa
yang santun, pemilihan kata yang baik, dan pada waktu yang tepat. Permasalahan yang
dikritik tentunya harus kalian kuasai dan sebaiknya kalian juga memberikan solusi
terhadap permasalahan yang kalian hadapi.
Dalam pelajaran ini kalian diajak untuk bersikap kritis terhadap film dan drama.
Untuk itu, kalian diminta mengulas beberapa film dan drama dalam bentuk teks agar
orang lain dapat memahami hasil penafsiran dan evaluasi yang kalian lakukan. Dalam
dunia penulisan teks yang akan kalian buat itu disebut dengan
teks ulasan
atau
review text
.
Pernahkah kalian membaca teks ulasan yang dipublikasikan melalui surat kabar,
majalah, atau internet? Pernahkah kalian mengulas film atau drama? Pada dasarnya
teks ulasan adalah teks yang dihasilkan dari sebuah analisis terhadap berbagai hal. Teks
tersebut memuat tanggapan, tinjauan, dan analisis—dalam hal ini film dan drama—yang
berhubungan dengan latar, waktu, tempat, tokoh dan penokohan, bahkan pengambilan
gambar pada film dan drama juga turut diperbincangkan.
Suatu hal yang pasti bahwa kita semua pernah menonton film atau drama.
Bagaimana kesan kalian ketika menyaksikan sebuah tayangan film atau pementasan
drama? Sebuah karya yang digelar tentu akan mengundang reaksi
pro
atau
kontra
dari
masyarakat atau khalayak penonton. Satu karya berupa film atau drama yang menurut
seseorang bagus, belum tentu bagus di mata orang lain. Penilaian bagus-tidaknya
sebuah film atau pergelaran drama, selain setelah kalian menontonnya, juga dapat
mengetahuinya melalui teks ulasan yang dimuat di media cetak atau media internet.
Dalam pelajaran ini kalian akan diajak untuk membaca beberapa teks ulasan atau
pandangan kritis dari beberapa pengamat terhadap tayangan film dan drama. Selain
itu, kalian juga akan ditugasi menulis teks ulasan terhadap kedua jenis karya seni
itu. Pertama-tama kalian akan melakukan telaah kritis terhadap model teks ulasan.
Selanjutnya, kalian diminta untuk memahami teks ulasan itu sendiri, baik dari struktur
yang membangun teks maupun dari segi kaidah kebahasaan. Artinya, kalian akan
mendekonstruksi teks ulasan tersebut.
52
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Pada segmen kerja sama, kalian akan merekonstruksi beberapa sumber data sebagai
bahan pembuatan teks ulasan, melakukan perbandingan dan pengembangan teks
ulasan, serta mengevaluasinya. Terakhir adalah segmen kerja mandiri yang dibagi atas
tiga tahap, yaitu mengabstraksi dan mengorversi, mengevaluasi, serta memproduksi
teks ulasan.
Pernahkah kalian menonton film “Rumah Tanpa Jendela”? Film ini merupakan
film drama/musikal Indonesia yang dirilis pada 24 Februari 2011, yang disutradarai oleh
Aditya Gumay. Film ini dibintangi oleh Emir Mahira dan Dwi Tasya. Peristiwa yang
disajikan diangkat dari cerita pendek “Jendela Rara” karya Asma Nadia, yang bersumber
dari kumpulan cerpen
Emak Ingin Naik Haji
. Mari kita cermati teks ulasan film “Rumah
Tanpa Jendela” yang bertajuk “Dongeng Utopia Masyarakat Borjuis” berikut ini.
Dongeng Utopia Masyarakat Borjuis
1
Tradisi film musikal yang dikembangkan di
Hollywood mengacu pada kecenderungan
film-film musikal klasik tahun 1930—1960-
an, berpaku pada hal-hal yang berlawanan
(oposisi biner), terutama berkaitan dengan
gender, ras, agama, latar belakang, atau
temperamen. Tradisi oposisi biner tersebut
tampak dalam film musikal anak-anak
“Rumah Tanpa Jendela”. Film tersebut
diadaptasi dari cerpen “Jendela Rara” karya
Asma Nadia.
2
Kisah dalam film tersebut terinspirasi dari
model biner dalam dongeng moral berjudul
The Prince and The Pauper karya Mark
Twain. Sang pangeran adalah tokoh Aldo,
seorang anak laki-laki dari keluarga kaya-
raya dengan sindrom mental, yang
membuatnya mengalami “penolakan”
dari ko
munitasnya (anggota keluarga). Aldo
mewakili ide paradoks keluarga borjuis
yang pemenuhan kebutuhan fisiknya berlebihan, tetapi jiwanya kering dan
mengakibatkan dilema personal. Sementara itu, si miskin diwakili oleh tokoh
Rara, gadis cilik yang sesekali bekerja sebagai ojek payung di sanggar lukis
tempat Aldo belajar. Rara tinggal di sebuah rumah tidak berjendela yang
terbuat dari seng, tripleks, dan kayu bekas di salah satu kawasan permukiman
Sumber:
http://gramediamatraman.files.
wordpress.com/
Gambar 5.1 Poster film “Rumah Tanpa
Jendela”
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
53
kumuh. Rumah itu ditempati Rara bersama nenek (Si Mbok) dan ayahnya.
Kondisi rumah tersebut membuat Rara terobsesi untuk memiliki sebuah rumah
berjendela. Sebuah impian yang harus ia bayar mahal di kemudian hari.
3
Mengikuti tradisi
opposite attracks
, Aldo dan Rara bertemu secara tidak sengaja
dalam sebuah kecelakaan kecil. Sejak saat itu, mereka bersahabat. Persahabatan
tersebut bukan hanya pertemanan antarindividu, melainkan pertemuan dua
kutub latar belakang status sosial yang berbeda. Hal itu tergambar pada kondisi
keluarga Aldo dan teman-teman Rara, antara si miskin dan si kaya. Persahabatan
Aldo dan Rara tidak berjalan mulus. Ibu dan kakak perempuan Aldo menganggap
teman-teman baru Aldo sebagai perusak ketenangan di rumah mereka.
Sementara itu, kemewahan rumah Aldo dengan banyak jendela menularkan
obsesi untuk memiliki rumah berjendela di kalangan teman-teman Rara.
4
Layaknya dongeng anak-anak dalam majalah
Bobo
, film “Rumah Tanpa Jendela”
m
enyampaikan ajaran moral pada anak-anak untuk menghadapi realita sosial
dalam masyarakat yang terfragmentasi dalam perbedaan, baik secara struktur
sosial-ekonomi maupun kondisi fisik/mental. Fungsi ideologis yang ditawarkan
film musikal adalah resolusi dari ketakutan akan perbedaan yang diwakili
oposisi biner dalam naratif. Namun, permasalahan dari film musikal anak-
anak adalah bahwa ia menawarkan resolusi yang dibayangkan oleh pembuat
film agar bisa dipahami oleh anak-anak. Hal ini hanya dimungkinkan dengan
melakukan penyederhanaan. Penyederhanaan posisi berlawanan si miskin
dan si kaya terwakili oleh narasi sosial-ekonomi Aldo dan Rara. Aldo, si kaya,
memiliki berbagai
privilege
(mobil mewah, rumah mewah, supir, pembantu,
dan sekolah khusus). Sementara itu, Rara mewakili narasi kemiskinan dalam
segala keterbatasan materialnya: rumah tanpa jendela, sekolah seadanya, dan
kerja sampingan. Oleh sebab itu, perbedaan si miskin dan si kaya dalam film
ini adalah ia yang berpunya dan ia yang tak-berpunya.
5
Dalam film “Rumah Tanpa Jendela” sikap moral yang disarank
an kepada
penonton adalah bersyukur. Rara menginginkan hal yang tak mungkin menjadi
miliknya, yaitu kemewahan berupa rumah berjendela. Aldo memungkinkan
Rara mengakses ini dan bahkan yang lebih lagi:
kolam renang, mobil, buku,
dan
krayon
. Namun, keinginan Rara itu dimaknai sebagai keinginan yang
berlebihan ketika ia “dihukum” dengan kompensasi yang harus ia bayar. Logika
pemaknaan tersebut bekerja ketika Rara yang larut dalam kesenangan borjuis
(pesta ulang tahun kakak Aldo) pulang untuk menemukan rumahnya habis
terbakar, Si Mbok tergeletak koma dan ayahnya meninggal dunia. Keinginan
Rara untuk memiliki sesuatu, alih-alih dimaknai sebagai hasrat kepemilikan
yang lumrah dimiliki semua orang, justru dianggap sebagai sesuatu yang
menyalahi/mengingkari takdirnya sebagai orang yang tidak berpunya.
6
Lebih jauh lagi, kemalangan Rara tersebut digunakan sebagai pelajaran yang
bisa dipetik bagi keluarga Aldo, bahwa mereka harus bersyukur atas semua yang
mereka punyai (harta
dan keluarga yang utuh), sementara ada orang-orang
54
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
yang tidak berpunya seperti Rara. Oleh karena itu, untuk “membayar” pelajaran
yang mereka dapat ini, keluarga Aldo menolong Rara dan Si Mboknya dengan
membayarkan biaya rumah sakit serta memberikan penghidupan di villa milik
mereka di luar Jakarta. Dengan begitu, mereka melakukan kewajiban membalas
budi tanpa perlu mengorbankan kenyamanan dengan berbagi kepemilikan
ataupun terlibat secara dekat.
7
Dalam model utopia (khayalan) yang terdapat di dalam film tersebut, anak-
anak menjadi “penanda” dari kelahiran atau takdir manusia. Permasalahan
yang dimiliki anak-anak ini diperlihatkan sebagai sesuatu yang alami dengan
lebih menekankan cara menghadapi permasalahan alih-alih mempertanyakan
penyebabnya. Hal ini paling tampak dalam posisi biner permasalahan Aldo
dan Rara. Kekurangan pada diri Aldo yang mewakili aspek natural takdir
disandingkan dengan kemiskinan Rara sehingga membuat kemiskinan
ternaturalisasikan lewat logika pemahaman yang sama, alih-alih hasil
dari ketidakadilan distribusi kekayaan yang didukung negara, film ini
menggambarkan kemiskinan sebagai bagian dari takdir manusia.
8
Jendela dalam film “Rumah Tanpa Jendela” merupakan sebuah metafora
yang mengena. Jendela
memungkinkan seseorang untuk mengakses dunia
lain (dari dalam atau dari luar) tanpa meninggalkan tempatnya. Jendela
memungkinkan orang melihat, bukan terlibat jika dibandingkan dengan pintu
yang menyediakan akses untuk masuk/keluar. Jendela adalah rasa syukur
atau konsep penerimaan atas suatu kondisi. Dengan si miskin berlapang dada
menerima kondisinya dan si kaya belajar bersyukur dari kemalangan si miskin,
masyarakat borjuis yang sempurna dan harmonis akan tercipta.
9
Dongeng semacam inilah yang ditawarkan “Rumah Tanpa Jendela” pada penonton
yang mereka sasar, tidak lain tentu anak-anak kelas menengah atas yang mampu
mengakses bioskop
sebagai bagian dari
leisure activity
. Sebuah dongeng untuk
membuai mereka dalam mimpi-mimpi borjuis, agar mereka nanti terbangun
sebagai manusia-manusia borjuis dewasa yang diharapkan bisa meneruskan
tatanan masyarakat, yang kemiskinan dan kekayaan ternaturalisasi sebagai takdir
dan karenanya tidak perlu dipertanyakan. Karena hanya dalam kondisi itulah, si
kaya termungkinkan ada dan bisa melanjutkan upaya memperkaya diri mereka;
dengan membiarkan kemiskinan ada dan ‘tidak tampak’ di depan mata.
10
Sayang, sebagai sebuah film musikal, tidak banyak yang disumbangkan oleh
lagu-lagu yang dinyanyikan dan ditarikan dalam film ini, kecuali penekanan
dramatis belaka. Satu-satunya yang terwakili oleh
scene-scene
musikal dan gerak
kamera serta
editing
yang kadang hiperaktif adalah energi dan semangat kanak-
kanak. Adegan musikal kebanyakan merupakan penampilan kolektif, jarang ada
penampilan tunggal (solo). Penekanan pada kolektivitas ini merupakan salah
satu “karateristik” film musikal klasik Hollywood yang ingin menjual ide-ide soal
komunitas dan stabilitas sosial, baik relasi interkomunitas (konflik keluarga Aldo)
maupun antarkomunitas (konflik antara keluarga Aldo dan komunitas Rara).
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
55
11
Penggambaran kemiskinan dalam film tersebut tidak berlebihan. Film tersebut
menggambarkan keluarga baik-baik dan protektif untuk meyakinkan bahwa
pergaulan R
ara terbebas dari eksploitasi maupun perilaku destruktif yang
merupakan bagian dari kehidupan masyarakat miskin di belahan dunia
manapun. Lagipula, memakai perspektif realisme sosial dalam menilai film
musikal adalah sia-sia, mengingat film musikal sendiri menawarkan utopia
dalam bentuk hiburan dengan mengacu pada diri sendiri (
self-reference
). Dalam
hal ini, film musikal mengamini konsep “film yang menghibur” sebagai utopia
itu sendiri. Namun, pertanyaannya adalah utopia menurut siapa?
12
Dari paparan tadi, dapat disimpulkan bahwa film “Rumah Tanpa Jendela”
memungkinkan kita bicara mengenai posisi biner kelas sosial-ekonomi
lewat model film musikal klasik ala Hollywood. Film ini menawarkan model
utopia dalam merespons kondisi masyarakat Indonesia yang terfragmentasi
dalam kelas-kelas sosial-ekonomi,
yaitu utopia atau kondisi hidup ideal yang
dibayangkan oleh kelas menengah atas.
(Diadaptasi dari:
http://filmindonesia.or.id
)
Setelah membaca teks ulasan tersebut,
cobalah kalian diskusikan beberapa
pertanyaan berikut ini.
(1)
Genre film yang ditawarkan dalam film “Rumah Tanpa Jendela” itu adalah
film musikal. Di negara mana genre film tersebut dikembangkan?
(2)
Apa yang menjadi inspirasi dalam pembuatan film tersebut?
(3)
Siapa tokoh utama dalam film “Rumah Tanpa Jendela”?
(4)
Apa yang diinginkan oleh Rara?
(5)
Apa yang diinginkan oleh Aldo?
(6)
Simbol apa yang tersirat dari persahabatan Aldo-Rara?
(7)
Apa istilah untuk menunjukkan dua sisi yang berseberangan dalam teks ulasan
tersebut?
(8)
Peristiwa apa yang dialami Rara?
(9)
Simbol apa yang tersirat dalam
peristiwa tersebut menurut pandangan sang
penulis teks ulasan?
(10) Apa pesan moral yang terdapat dalam teks ulasan itu?
56
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Tugas 1
Memahami Struktur Teks “Dongeng Utopia Masyarakat Borjuis”
Setelah membaca teks “Dongeng Utopia Masyarakat Borjuis” tersebut,
kalian akan
melihat beberapa bagian yang membangun teks itu. Teks tersebut diawali oleh orientasi
(
orientation
), diikuti tafsiran isi (
interpretative recount
), kemudian evaluasi (
evaluation
).
Di bagian akhir, teks ditutup dengan rangkuman (
evaluative summation
). Dengan
demikian, struktur yang membangun sebuah teks ulasan itu adalah
orientasi^tafsiran
isi^evaluasi^rangkuman
. Bagian orientasi berisi gambaran umum karya sastra yang
akan diulas. Gambaran umum karya atau benda tersebut bisa berupa paparan tentang
nama, kegunaan, dan sebagainya. Tafsiran isi memuat pandangan pengulasnya sendiri
mengenai karya yang diulas. Pada bagian ini penulis biasanya membandingkan karya
tersebut dengan karya lain yang dianggap mirip. Penulis juga menilai kekurangan dan
kelebihan karya yang diulas. Selanjutnya, pada bagian evaluasi dilakukan penilaian
terhadap karya, penampilan, dan produksi. Bagian tersebut berisi gambaran terperinci
suatu karya atau benda yang diulas. Hal ini bisa berupa bagian, ciri, dan kualitas karya
tersebut. Terakhir, pada bagian rangkuman, penulis memberikan ulasan akhir beupa
simpulan karya tersebut. Jika digambarkan ke dalam bentuk bagan, struktur teks ulasan
adalah sebagai berikut.
Bagan Struktur Teks Ulasan
Struktur
Teks
Ulasan
Evaluasi
Orientasi
Rangkuman
Tafsiran Isi
Bagan 5.1 Struktur Teks Ulasan
Tentu kalian sudah mencermati teks yang berjudul “Dongeng Utopia Masyarakat
Borjuis”. Teks tersebut termasuk teks ulasan. Untuk kalian ketahui, teks itu memiliki
struktur seperti yang terlihat pada bagan di atas. Sekarang marilah kita uraikan teks itu
menurut struktur teksnya. Struktur teks itu merupakan gambaran cara teks tersebut
dibangun. Kalian dapat mengamati bahwa teks cerita ulasan disusun dengan struktur
orientasi^tafsiran isi^evaluasi^rangkuman.
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
57
Struktur
Te k s
Paragraf
Orientasi 1
1
Tradisi film m
usikal yang dikembangkan di Hollywood mengacu
pada kecenderungan film-film musikal klasik tahun 1930—
1960-an, berpaku pada hal-hal yang berlawanan (oposisi biner),
terutama berkaitan dengan gender, ras, agama, latar belakang, atau
temperamen. Tradisi oposisi biner tersebut tampak dalam film
musikal anak-anak “Rumah Tanpa Jendela”. Film tersebut diadaptasi
dari cerpen “Jendela Rara” karya Asma Nadia.
Orientasi 2
2
Kisa
h dalam film tersebut terinspirasi dari model biner dalam
dongeng moral berjudul
The Prince and The Pauper
karya
Mark
Twain. Sang pangeran adalah tokoh Aldo, seorang anak laki-laki
dari keluarga kaya-raya dengan sindrom mental, yang membuatnya
mengalami “penolakan” dari komunitasnya (anggota keluarga). Aldo
mewakili ide paradoks keluarga borjuis yang pemenuhan kebutuhan
fisiknya berlebihan, tetapi jiwanya kering dan mengakibatkan dilema
personal. Sementara itu, si miskin diwakili oleh tokoh Rara, gadis
cilik yang sesekali bekerja sebagai ojek payung di sanggar lukis
tempat Aldo belajar. Rara tinggal di sebuah rumah tidak berjendela
yang terbuat dari seng, tripleks, dan kayu bekas di salah satu kawasan
permukiman kumuh. Rumah itu ditempati Rara bersama nenek
(Si Mbok) dan ayahnya. Kondisi rumah tersebut membuat Rara
terobsesi untuk memiliki sebuah rumah berjendela. Sebuah impian
yang harus ia bayar mahal di kemudian hari.
Tafsiran Isi 1
3
Mengi
kuti tradisi
opposite attracks
, Aldo dan Rara bertemu secara
tidak sengaja dalam sebuah kecelakaan kecil. Sejak saat itu, mereka
bersahabat. Persahabatan tersebut bukan hanya pertemanan
antarindividu, melainkan pertemuan dua kutub latar belakang status
sosial yang berbeda. Hal itu tergambar pada kondisi keluarga Aldo
dan teman-teman Rara, antara si miskin dan si kaya. Persahabatan
Aldo dan Rara tidak berjalan mulus. Ibu dan kakak perempuan Aldo
menganggap teman-teman baru Aldo sebagai perusak ketenangan
di rumah mereka. Sementara itu, kemewahan rumah Aldo dengan
banyak jendela menularkan obsesi untuk memiliki rumah berjendela
di kalangan teman-teman Rara.
58
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Tafsiran Isi 2
4
Layak
nya dongeng anak-anak dalam majalah
Bobo
, film “Rumah
Tanpa Jendela” menyampaikan ajaran moral pada anak-anak untuk
menghadapi realita sosial dalam masyarakat yang terfragmentasi
dalam perbedaan, baik secara struktur sosial-ekonomi maupun
kondisi fisik/mental. Fungsi ideologis yang ditawarkan film musikal
adalah resolusi dari ketakutan akan perbedaan yang diwakili oposisi
biner dalam naratif. Namun, permasalahan dari film musikal anak-
anak adalah bahwa ia menawarkan resolusi yang dibayangkan oleh
pembuat film agar bisa dipahami oleh anak-anak. Hal ini hanya
dimungkinkan dengan melakukan penyederhanaan. Penyederhanaan
posisi berlawanan si miskin dan si kaya terwakili oleh narasi sosial-
ekonomi Aldo dan Rara. Aldo, si kaya, memiliki berbagai
privilege
(mobil mewah, rumah mewah, supir, pembantu, dan sekolah khusus).
Sementara itu, Rara mewakili narasi kemiskinan dalam segala
keterbatasan materialnya: rumah tanpa jendela, sekolah seadanya,
dan kerja sampingan. Oleh sebab itu, perbedaan si miskin dan si kaya
dalam film ini adalah ia yang berpunya dan ia yang tak-berpunya.
Tafsiran Isi 3
5
Dala
m film “Rumah Tanpa Jendela” sikap moral yang disarankan
kepada penonton adalah bersyukur. Rara menginginkan hal yang
tak mungkin menjadi miliknya, yaitu kemewahan berupa rumah
berjendela. Aldo memungkinkan Rara mengakses ini dan bahkan
yang lebih lagi:
kolam renang, mobil, buku,
dan
krayon
. Namun,
keinginan Rara itu dimaknai sebagai keinginan yang berlebihan
ketika ia “dihukum” dengan kompensasi yang harus ia bayar. Logika
pemaknaan tersebut bekerja ketika Rara yang larut dalam kesenangan
borjuis (pesta ulang tahun kakak Aldo) pulang untuk menemukan
rumahnya habis terbakar, Si Mbok tergeletak koma dan ayahnya
meninggal dunia. Keinginan Rara untuk memiliki sesuatu, alih-alih
dimaknai sebagai hasrat kepemilikan yang lumrah dimiliki semua
orang, justru dianggap sebagai sesuatu yang menyalahi/mengingkari
takdirnya sebagai orang yang tidak berpunya.
Tafsiran Isi 4
6
Lebi
h jauh lagi, kemalangan Rara tersebut digunakan sebagai
pelajaran yang bisa dipetik bagi keluarga Aldo, bahwa mereka harus
bersyukur atas semua yang mereka punyai (harta dan keluarga yang
utuh), sementara ada orang-orang yang tidak berpunya seperti
Rara. Oleh karena itu, untuk “membayar” pelajaran yang mereka
dapat ini, keluarga Aldo menolong Rara dan Si Mboknya dengan
membayarkan biaya rumah sakit serta memberikan penghidupan di
villa milik mereka di luar Jakarta. Dengan begitu, mereka melakukan
kewajiban membalas budi tanpa perlu mengorbankan kenyamanan
dengan berbagi kepemilikan ataupun terlibat secara dekat.
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
59
Tafsiran Isi 5
7
Dala
m model utopia (khayalan) yang terdapat di dalam film
tersebut, anak-anak menjadi “penanda” dari kelahiran atau takdir
manusia. Permasalahan yang dimiliki anak-anak ini diperlihatkan
sebagai sesuatu yang alami dengan lebih menekankan cara
menghadapi permasalahan alih-alih mempertanyakan penyebabnya.
Hal ini paling tampak dalam posisi biner permasalahan Aldo dan
Rara. Kekurangan pada diri Aldo yang mewakili aspek natural
takdir disandingkan dengan kemiskinan Rara sehingga membuat
kemiskinan ternaturalisasikan lewat logika pemahaman yang sama,
alih-alih hasil dari ketidakadilan distribusi kekayaan yang didukung
negara, film ini menggambarkan kemiskinan sebagai bagian dari
takdir manusia.
Tafsiran Isi 6
8
Jendel
a dalam film “Rumah Tanpa Jendela” merupakan sebuah
metafora yang mengena. Jendela memungkinkan seseorang untuk
mengakses dunia lain (dari dalam atau dari luar) tanpa meninggalkan
tempatnya. Jendela memungkinkan orang melihat, bukan terlibat jika
dibandingkan dengan pintu yang menyediakan akses untuk masuk/
keluar. Jendela adalah rasa syukur atau konsep penerimaan atas suatu
kondisi. Dengan si miskin berlapang dada menerima kondisinya
dan si kaya belajar bersyukur dari kemalangan si miskin, masyarakat
borjuis yang sempurna dan harmonis akan tercipta.
Tafsiran Isi 7
9
Dong
eng semacam inilah yang ditawarkan “Rumah Tanpa Jendela”
pada penonton yang mereka sasar, tidak lain tentu anak-anak kelas
menengah atas yang mampu mengakses bioskop sebagai bagian
dari
leisure activity
. Sebuah dongeng untuk membuai mereka
dalam mimpi-mimpi borjuis, agar mereka nanti terbangun sebagai
manusia-manusia borjuis dewasa yang diharapkan bisa meneruskan
tatanan masyarakat, yang kemiskinan dan kekayaan ternaturalisasi
sebagai takdir dan karenanya tidak perlu dipertanyakan. Karena
hanya dalam kondisi itulah, si kaya termungkinkan ada dan bisa
melanjutkan upaya memperkaya diri mereka; dengan membiarkan
kemiskinan ada dan ‘tidak tampak’ di depan mata.
Evaluasi 1
10
Sayang
, sebagai sebuah film musikal, tidak banyak yang disumbangkan
oleh lagu-lagu yang dinyanyikan dan ditarikan dalam film ini,
kecuali penekanan dramatis belaka. Satu-satunya yang terwakili
oleh
scene-scene
musikal dan gerak kamera serta
editing
yang kadang
hiperaktif adalah energi dan semangat kanak-kanak. Adegan musikal
kebanyakan merupakan penampilan kolektif, jarang ada penampilan
tunggal (solo). Penekanan pada kolektivitas ini merupakan salah satu
“karateristik” film musikal klasik Hollywood yang ingin menjual ide-
ide soal komunitas dan stabilitas sosial, baik relasi interkomunitas
(konflik keluarga Aldo) maupun antarkomunitas (konflik antara
keluarga Aldo dan komunitas Rara).
60
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Evaluasi 2
11
Pengga
mbaran kemiskinan dalam film tersebut tidak berlebihan.
Film tersebut menggambarkan keluarga baik-baik dan protektif
untuk meyakinkan bahwa pergaulan Rara terbebas dari eksploitasi
maupun perilaku destruktif yang merupakan bagian dari kehidupan
masyarakat miskin di belahan dunia manapun. Lagipula, memakai
perspektif realisme sosial dalam menilai film musikal adalah sia-sia,
mengingat film musikal sendiri menawarkan utopia dalam bentuk
hiburan dengan mengacu pada diri sendiri (
self-reference
). Dalam hal
ini, film musikal mengamini konsep “film yang menghibur” sebagai
utopia itu sendiri. Namun, pertanyaannya adalah utopia menurut
siapa?
Rangkuman
12
Dari p
aparan tadi, dapat disimpulkan bahwa film “Rumah Tanpa
Jendela” memungkinkan kita bicara mengenai posisi biner kelas
sosial-ekonomi lewat model film musikal klasik ala Hollywood. Film
ini menawarkan model utopia dalam merespons kondisi masyarakat
Indonesia yang terfragmentasi dalam kelas-kelas sosial-ekonomi,
yaitu utopia atau kondisi hidup ideal yang dibayangkan oleh kelas
menengah atas.
Tahap orientasi merupakan tahap pengenalan. Di sana terlihat gambaran umum
tentang film “Rumah Tanpa Jendela”. Tugas kalian selanjutnya adalah membuat
pembagian hingga sekecil-kecilnya. Misalnya, menceritakan secara rinci tentang
gambaran umum film “Rumah Tanpa Jendela” itu. Cermati secara saksama setiap
informasi yang disampaikan dalam teks itu.
(1)
Setelah kalian mengetahui struktur teks ulasan, carilah berbagai informasi yang
terdapat dalam tiap paragraf! Galilah informasi sebanyak-banyaknya yang terdapat
dalam teks tersebut.
a)
Informasi dalam
orientasi
tahap1:
___
__________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
___________
b)
Informasi dalam
orientasi
tahap 2:
___
__________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
___________
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
61
c)
Informasi dalam
tafsiran isi
tahap 1:
___
__________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
___________
d)
Informasi dalam
tafsiran isi
tahap 2:
___
__________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
___________
e)
Informasi dalam
tafsiran isi
tahap 3:
___
__________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
___________
f)
Informasi dalam
tafsiran isi
tahap 4:
___
__________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
___________
g)
Informasi dalam
tafsiran isi
tahap 5:
___
__________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
___________
h)
Informasi dalam
tafsiran isi
tahap 6:
___
__________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
___________
62
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
i)
Informasi dalam
tafsiran isi
tahap 7:
___
__________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
___________
j)
Informasi dalam
evaluasi
tahap 1:
___
__________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
___________
k)
Informasi dalam
evaluasi
tahap 2:
___
__________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
___________
l)
Informasi dalam
rangkuman
:
___
__________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
___________
(2)
Coba kalian perhatikan kembali bahasan tentang teks ulasan film ”Rumah Tanpa
Jendela”
di atas. Kalian dapat melihat bahwa penulis ulasan atau resensi tersebut
me
lontarkan pujian, sekaligus kritikan terhadap film tersebut. Tugas kalian adalah
menentukan bagian dari ulasan film yang berupa pujian serta bagian yang berupa
kritikan, lalu tuliskan pada kolom berikut.
No.
Film “Rumah Tanpa Jendela”
Pujian
Kritikan
(1)
Jendel
a dalam film “Rumah Tanpa
Jendela” merupakan sebuah
metafora yang mengena.
Sayang, sebagai sebuah film musikal, tidak
banyak yang disumbangkan oleh lagu-lagu
yang dinyanyikan dan ditarikan dalam film
ini, kecuali penekanan dramatis belaka.
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
63
(2)
____________________________
____________________________
____________________________
____________________________
____________________________
____________________________
____________________________
____________________________
____________________________
____________
_____________
___________________
________________________________
________________________________
________________________________
________________________________
________________________________
________________________________
________________________________
________________________________
_______________
(3)
____________________________
____________________________
____________________________
____________________________
____________________________
____________________________
____________________________
____________________________
____________________________
____________
_____________
___________________
________________________________
________________________________
________________________________
________________________________
________________________________
________________________________
________________________________
________________________________
_______________
Tugas 2
Memahami Kaidah Kebahasaan dalam Teks “Dongeng Utopia
Masyarakat Borjuis”
(1)
Dalam model teks ulasan di atas banyak terdapat kosakata baru. Dengan bantuan
Kamus Besar Bahasa Indonesia,
car
ilah arti kata atau kelompok kata yang terdapat
dalam tabel berikut. Tuliskan jawaban kalian di kolom bagian kanan. Setelah itu,
baca kembali dengan cermat model teks ulasan film di atas. Temukan kosakata
yang menurut kalian penting untuk diketahui. Buatlah kolom daftar kosakata baru
di dalam buku tugas kalian.
64
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
No.
Kosakata
Arti Kosakata
1.
adaptasi
penyesuaian terhadap lingkungan, pekerjaan,
dan pelajaran
2.
akses
3.
bioskop
4.
borjuis
5.
destruktif
6.
eksploitasi
7.
fragmentasi
8.
gender
9.
harmonis
10.
inspirasi
11.
klasik
12.
kolektif
13.
koma
14.
kompensasi
15.
kutub
16.
logika
17.
metafora
18.
model
19.
obsesi
20.
oposisi biner
21.
paradoks
22.
protektif
23.
ras
24.
realita sosial
25.
sindrom
26.
sekolah singgah
27.
temperamen
28.
tradisi
29.
utopia
30.
villa
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
65
(2)
Di dalam teks terdapat beberapa kata asing. Dengan menggunakan kamus atau
rujukan lain yang sejenis, coba kalian temukan arti dari istilah asing tersebut.
No.
Istilah Asing
Arti
1.
leisure activity
Aktivitas yang menyenangkan, dilakukan pada waktu
senggang
2.
opposite attracks
3.
privilege
4.
self- reference
5.
scene
6.
taken-for-granted
(3)
Selain kosakata, coba kalian telusuri beberapa verba berikut. Verba yang menjadi
kunci di dalam pelajaran ini adalah
mengulas
. Kata
mengulas
berasal dari kata
dasar
ulas
yang bermakna ‘membeberkan penjelasan dan komentar’; ‘menafsirkan
(penerangan lanjut, pendapat, dsb.)’; ‘mempelajari’; atau ‘menyelidiki’. Verba
tersebut bersinonim dengan beberapa verba lain yang bermakna ‘memberikan’
atau ‘menentukan ukuran atau penilaian’, misalnya pada beberapa kata seperti
dalam tabel di bawah ini. Setelah itu, isilah rumpang perubahan bentuk kata dasar
menjadi verba dan nomina berikut.
Kata Dasar
Ve r b a
Nomina
ulas
mengulas
ulasan
nilai
menilai
penilaian
evaluasi
mengevaluasi
kritik
mengkritik
mengukur
komentar
tafsiran
kupas
66
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
(4)
Selain mencari sinonim dari verba
mengulas
, di dalam teks juga terdapat beberapa
antonim atau lawan kata berikut. Carilah antonim untuk beberapa kata di bawah
ini. Tulis jawaban kalian pada kolom di sebelah kanan.
Kata
Antonim
keterbatasan
kelebihan
ketidakadilan
keadilan
pertemanan
permusuhan
ketakutan
keberanian
penolakan
penerimaan
pertemuan
perpisahan
kemewahan
perusak
ketenangan
pemenuhan
perbedaan
si Kaya
penyederhanaan
kenyamanan
(5)
Selanjutnya, verba dapat berbentuk verba aktif dan verba pasif. Lihatlah perubahan
beberapa kata dari bentuk aktif dan pasif pada kolom berikut.
Kata Dasar
Verba Aktif
Verba Pasif
kembang
mengembang
mengembangkan
dikembangkan
acu
mengacu
diacu
paku
memaku
dipaku
lawan
melawan
dilawan
utama
mengutamakan
diutamakan
terutama
kaitan
adaptasi
inspirasi
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
67
alami
jendela
belajar
mukim
obsesi
gambar
jalan
rusak
tenang
mewah
(6)
Nomina adalah kata benda. Di dalam model teks ulasan film “Rumah Tanpa
Jendela” banyak terdapat
nomina. Nomina terdiri atas nomina dasar dan nomina
turunan. Nomina dasar terdiri atas nomina umum dan nomina khusus. Temukan
nomina dasar (khusus dan umum) serta nomina turunan yang terdapat di dalam
teks.
Nomina Dasar
Nomina Umum
Nomina Khusus
film
sanggar
rumah
Hollywood
impian
Aldo
Rara
si Mbok
68
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
(7)
Selain nomina dasar, di dalam model teks ulasan tersebut juga terdapat banyak
nomina turunan. Pada umumnya nomina turunan dibentuk dengan menambahkan
prefix, sufiks, atau konfiks pada kata dasar. Amati beberapa contoh nomina turunan
pada kolom berikut. Setelah itu, coba kalian cari nomina turunan lain di dalam
teks. Tuliskan jawaban kalian pada rumpang di dalam kolom.
Nomina Turunan
pe-+N
peng-+N+-an
N+-an
per-+-an
ke-+N+-an
penanda
penolakan
impian
permukiman
kecenderungan
pemenuhan
rangkaian
pertemuan
kebutuhan
kalangan
kemewahan
(8)
Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu nomina yang lain. Teks
ulasan film atau drama pada umumnya didominasi oleh pronomina orang ketiga,
seperti
ia
dan
–nya.
Selain itu, ada pula sebutan untuk nama tokoh. Cermati contoh
berikut, lalu coba kalian cari kalimat yang mengusung pronomina di dalam model
teks ulasan.
Pronomina
Contoh Kalimat
Orang ketiga:
ia
dan
-nya
(1)
Namun, k
einginan Rara itu dimaknai sebagai keinginan yang
berlebihan ketika
ia
“dihukum” dengan kompensasi yang
harus
ia
bayar.
(2)
Logika p
emaknaan tersebut bekerja ketika Rara yang larut
dalam kesenangan borjuis (pesta ulang tahun kakak Aldo)
pulang untuk menemukan rumah
nya
habis terbakar, Si Mbok
tergeletak koma dan ayah
nya
meninggal dunia.
(3)
Keingin
an Rara untuk memiliki sesuatu, alih-alih dimaknai
sebagai hasrat kepemilikan yang lumrah dimiliki semua orang,
justru dianggap sebagai sesuatu yang menyalahi/mengingkari
takdir
nya
sebagai orang yang tidak berpunya.
(4)
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
______________________________.
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
69
(9)
Adjektiva (kata sifat atau
kata keadaan) adalah kata yang dipakai untuk
mengungkapkan sifat atau keadaan orang, benda, atau binatang. Coba kalian cari
kata sifat di dalam model teks ulasan itu.
Adjektiva
Frasa Adjektival
kumuh
permukiman
kumuh
kering
jiwanya
kering
dramatis
penekanan
dramatis
cilik
destruktif
(10)Konjungsi adalah kata hubung. Konjungsi terdiri atas konjungsi koordinatif,
subordinatif, korelatif, antarkalimat, dan antarparagraf. Lihatlah beberapa contoh
kalimat yang menggunakan keempat konjungsi itu. Coba kalian cari kalimat
lain yang menggunakan konjungsi dan tuliskan jawaban kalian pada rumpang
yang tersedia. Temukan kalimat yang dihubungkan dengan menggunakan kata
konjungsi tersebut.
70
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Konjungsi
Kalimat
Koordinatif:
• dan
• ata
u
• tetapi
(1)
Tradisi fi
lm musikal yang dikembangkan di Hollywood
mengacu pada kecenderungan film-film musikal klasik
tahun 1930--1960-an yang berpaku pada hal-hal yang ber
-
lawanan (oposisi biner), terutama berkaitan dengan gender,
ras, agama, latar belakang,
atau
temperamen.
(2)
Hal i
tu tergambar pada kondisi keluarga Aldo
dan
teman-te-
man Rara, antara si miskin
dan
si kaya.
(3)
Aldo mewa
kili ide paradoks keluarga borjuis yang pemenu-
han kebutuhan fisiknya berlebihan,
tetapi
jiwanya kering
dan mengakibatkan dilema personal.
(4)
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
__________________________
(5)
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
__________________________
(6)
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________________
(7)
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_______________________
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
71
Subordinatif:
• sesudah
• sebelum
• semen
tara
• jika
• agar
• supaya
• meskipun
• alih-alih
• sebaga
• sebab
• karena
• maka
(1)
Lebi
h jauh lagi, kemalangan Rara tersebut digunakan se-
bagai pelajaran yang bisa dipetik bagi keluarga Aldo, bahwa
mereka harus bersyukur atas semua yang mereka punyai
(harta dan keluarga yang utuh),
sementara
ada orang-orang
yang tidak berpunya seperti Rara.
(2)
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________
(3)
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________
(4)
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
__________________
(5)
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
__________________
Kor
elatif:
• Baik
...
maup
un
...,
...
• tid
ak
han
ya
...,
tet
api
....
• demi
kian
(rupa)
...
sehi
ngga
...
• ent
ah
...,
entah
...
• jan
gankan
...,
...
pun
...
(1)
Layak
nya dongeng anak-anak dalam majalah
Bobo
, film “Ru-
mah Tanpa Jendela” menyampaikan ajaran moral pada an-
ak-anak untuk menghadapi realita sosial dalam masyarakat
yang terfragmentasi dalam perbedaan,
baik secara struktur
sosial-ekonomi maupun kondisi fisik/mental
.
(2)
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________
(3)
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________
(4)
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________
(5)_________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________
72
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Antarkalimat:
•
sun
gguhpun
demiki
an
•
sek
alipun
demiki
an
•
mes
kipun
demiki
an
•
selanj
utnya
•
ses
udah
itu
•
set
elah
itu
•
di
sam
ping
itu
•
sebal
iknya
•
aka
n
tet
api
(1)
Deng
an begitu,
mereka melakukan kewajiban memba-
las budi tanpa perlu mengorbankan kenyamanan dengan
berbagi kepemilikan ataupun terlibat secara dekat.
(2)
Semen
tara itu,
Rara mewakili narasi kemiskinan dalam se-
gala keterbatasan materialnya: rumah tanpa jendela, sekolah
seadanya, kerja sampingan.
(3)
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
__________________________________.
(4)
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________________________.
(5)
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________________________.
(11)Preposisi atau kata depan adalah kata tugas yang berfungsi sebagai unsur pembentuk
frasa preposisional. Dalam bahasa Indonesia preposisi ditempatkan di bagian
awal frasa dan diikuti oleh nomina, adjektiva, atau verba. Beberapa preposisi yang
terdapat di dalam bahasa Indonesia, seperti
di, ke, pada, dari, secara,
dan
bagi.
Cermati beberapa contoh preposisi pada kalimat berikut, lalu temukan kalimat
lain yang menggunakan preposisi. Tuliskan jawaban kalian pada rumpang dalam
kolom di sebelah kanan.
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
73
Preposisi
Kalimat
di
(1) Rara tinggal
di
sebuah rumah tidak berjendela yang terbuat dari
seng, tripleks, dan kayu bekas di salah satu kawasan permukiman
kumuh.
(2) Kondisi rumah tersebut membuat Rara terobsesi untuk memiliki
sebuah rumah berjendela. Sebuah impian yang harus ia bayar mahal
di
kemudian hari.
(3) _____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_______________________________________
(4) _____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_______________________________________
dari
(1)
Kisa
h di dalam film tersebut terinspirasi
dari
model biner dalam
dongeng moral berjudul
The Prince and The Pauper
karya
Mark
Twain.
(2)
Sang pa
ngeran adalah tokoh Aldo, seorang anak laki-laki
dari
keluarga kaya-raya dengan sindrom mental, yang membuatnya
mengalami “penolakan”
dari
komunitasnya (anggota keluarga).
(3)
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
__________________________________________
(4)
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
__________________________________________
pada
(1)
Dong
eng semacam inilah yang ditawarkan
Rumah Tanpa Jendela
pada
penonton yang mereka sasar, tak lain tentu anak-anak kelas
menengah atas yang mampu mengakses bioskop sebagai bagian
dari
leisure activity
.
(2)
_________________________________________________
_________________________________________________
________________________________________________
__________________.
(3)
_________________________________________________
_________________________________________________
________________________________________________
___________________.
(4)
_________________________________________________
_________________________________________________
________________________________________________
____________________.
74
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
dengan
(1) Permasalahan yang dimiliki anak-anak ini diperlihatkan sebagai
sesuatu yang alami
dengan
lebih menekankan cara menghadapi
permasalahan alih-alih mempertanyakan penyebabnya.
(2)_________________________________________________
_________________________________________________
_________________________________________________
_____________________.
(3)_________________________________________________
_________________________________________________
_________________________________________________
_____________________.
(4)_________________________________________________
_________________________________________________
_________________________________________________
_____________________.
secara
(1)
Mengi
kuti tradisi opposite attracks, Aldo dan Rara bertemu secara
tidak sengaja dalam sebuah kecelakaan kecil. Sejak itu mereka
bersahabat.
(2)
_________________________________________________
_________________________________________________
________________________________________________
_________________.
(3)
_________________________________________________
_________________________________________________
________________________________________________
__________________.
tanpa
(1)
Jendel
a dalam film “Rumah Tanpa Jendela” merupakan sebuah
metafora yang mengena. Jendela memungkinkan seseorang untuk
mengakses dunia lain (dari dalam atau dari luar) tanpa meninggalkan
tempatnya.
(2)
_________________________________________________
_________________________________________________
________________________________________________
___________________.
(3)
_________________________________________________
_________________________________________________
________________________________________________
_____________________.
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
75
bagi
(1)
Lebi
h jauh lagi, kemalangan Rara tersebut digunakan sebagai
pelajaran yang bisa dipetik
bagi
keluarga Aldo, bahwa mereka
harus bersyukur atas semua yang mereka punyai (harta dan
keluarga yang utuh), sementara ada orang-orang yang tidak
berpunya seperti Rara.
(2)
___
______________________________________________
_________________________________________________
________________________________________________
_________________.
(3)
___
______________________________________________
_________________________________________________
________________________________________________
_________________.
(12)Artikel adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah nomina. Artikel yang
terdapat di dalam model teks ulasan adalah
sang
dan
si
. Artikel
sang
merupakan
salah satu artikel yang mengacu ke makna tunggal, selain
sri, hang,
dan
dang
. Artikel
si
merupakan artikel yang memiliki keunikan tersendiri karena dapat mengacu
pada makna tunggal atau kelompok. Cermati penggunaan artikel tersebut di dalam
kalimat. Tulislah beberapa contoh kalimat yang menggunakan artikel.
Artikel
Kalimat
sang
(1)
San
g
pangeran adalah tokoh Aldo, seorang anak laki-laki dari
keluarga kaya-raya dengan sindrom mental, yang membuatnya
mengalami “penolakan” dari komunitasnya (anggota keluarga).
(2)
______________________________________________________
______________________________________________________
_________________________________________________.
(3)
______________________________________________________
______________________________________________________
_________________________________________________.
(4)
______________________________________________________
_____________________________________________________
si
(1)
Denga
n
si
miskin berlapang dada menerima kondisinya dan
si
kaya
belajar bersyukur dari kemalangan si miskin masyarakat borjuis yang
sempurna dan harmonis akan tercipta.
(2)
______________________________________________________
______________________________________________________
_________________________________________________.
(3)
______________________________________________________
______________________________________________________
_________________________________________________.
(4)
______________________________________________________
______________________________________________________
_________________________________________________.
76
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
(13)Kalimat simpleks merupakan kalimat yang memiliki satu verba utama, sedangkan
kalimat kompleks adalah kalimat dengan dua verba utama atau lebih. Cermati
beberapa contoh berikut, lalu coba tuliskan contoh lainnya.
Kalimat
Contoh
simpleks
(1)
Rumah i
tu
ditempati
Rara bersama neneknya (Si Mbok) dan ayahnya.
(2)
Sebu
ah impian yang
harus ia bayar mahal
di kemudian hari.
(3)
_____________________________________________________
_____________________________________________________
___________________________________________________.
(4)
_____________________________________________________
_____________________________________________________
___________________________________________________.
komp
leks
(1)
Logika p
emaknaan tersebut
bekerja
ketika Rara yang larut dalam
kesenangan borjuis (pesta ulang tahun kakak Aldo)
pulang
untuk
menemukan
rumahnya habis terbakar, Si Mbok
tergeletak koma
dan ayahnya
meninggal dunia
.
(2)
Keingin
an Rara untuk
memiliki
sesuatu, alih-alih dimaknai
sebagai hasrat kepemilikan yang lumrah
dimiliki
semua orang,
justru
dianggap
sebagai sesuatu yang
menyalahi/mengingkari
takdirnya sebagai orang yang tidak berpunya.
(3)
_____________________________________________________
_____________________________________________________
___________________________________________________.
(4)
_____________________________________________________
_____________________________________________________
___________________________________________________.
Tugas 3
Menginterpretasi Makna Teks “Dongeng Utopia Masyarakat
Borjuis”
Menulis resensi atas sebuah film atau drama merupakan cara yang bijak untuk
menganalisis bagus-tidaknya sebuah pertunjukan berdasarkan penilaian objektif.
Sebuah kritik yang ditulis berdasarkan penilaian objektif dipengaruhi oleh pikiran
dan wawasan penulis. Sebuah kritik akan lahir setelah adanya pertunjukan. Kalian bisa
menulis sebuah kritik jika telah menyaksikan pertunjukannya—seperti menonton film
di bioskop atau drama di panggung teater.
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
77
Dengan mengulas secara kritis, berarti kalian diuji untuk bisa belajar jujur,
cendekia, dan punya nalar serta rasa keindahan, untuk dinilai juga oleh khalayak yang
membaca tulisan kalian. Dengan demikian, kalian pun mesti objektif, mengkritik apa
adanya film atau drama yang disaksikan.
(1)
Setelah membaca teks ulasan “Dongeng Utopia Masyarakat Borjuis”, kalian
pasti bisa membayangkan seperti apa gambaran film “Rumah Tanpa Jendela”
tersebut. Pada bagian
orientasi 1
dijelaskan tradisi oposisi biner tampak pada
film musikal anak-anak tersebut. Dapatkah kalian menjelaskan oposisi biner
yang seperti apa yang dimaksudkan?
___
__________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
___________________________________________.
(2)
Dapatkah kalian menjelaskan makna paragraf pada
orientasi 2
?
___
__________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_________________________________________________.
(3)
Apa yang dimaksud dengan tradisi
opposite attracks
pada
tafsiran isi 1
?
___
__________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_______________________________________________.
(4)
Dapatkah kalian menjelaskan makna kalimat:
Layaknya dongeng anak-anak
dalam majalah Bobo, film “Rumah Tanpa Jendela” menyampaikan ajaran
moral pada anak-anak untuk menghadapi realita sosial dalam masyarakat
yang terfragmentasi dalam perbedaan, baik secara struktur sosial-ekonomi
maupun kondisi fisik/mental
(
tafsiran isi 2
)?
___
__________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
___________________________________________.
(5)
Namun, keinginan Rara itu dimaknai sebagai keinginan yang berlebihan ketika
ia “dihukum” dengan kompensasi yang harus ia bayar
(
tafsiran isi 3
)
.
Apa
maksudnya kata
dihukum
pada kalimat tersebut?
___
__________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
___________________________________________.
78
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
(6)
Lalu apa pula makna kata membayar pada kalimat:
Oleh karena itu, untuk
“membayar” pelajaran yang mereka dapat ini, keluarga Aldo menolong Rara
dan Si Mboknya dengan membayarkan biaya rumah sakit serta memberikan
penghidupan di villa milik mereka di luar Jakarta
(
tafsiran isi 4
)?
___
__________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
___________________________________________.
(7)
Setujukah kalian bahwa film ini menggambarkan kemiskinan sebagai bagian
dari takdir manusia? Coba jelaskan pendapat kalian!
___
__________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
___________________________________________.
(8)
Mengapa kata jendela pada film “Rumah Tanpa Jendela” dikatakan sebagai
sebuah metafora yang mengena oleh penulis teks ulasan tersebut?
___
__________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
___________________________________________.
(9)
Dapa
tkah kalian menjelaskan makna kalimat pada
tafsiran isi 7: Karena hanya
dalam kondisi itulah, si kaya termungkinkan ada dan bisa melanjutkan upaya
memperkaya diri mereka; dengan membiarkan kemiskinan ada dan ‘tidak
tampak’ di depan mata?
___
__________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
___________________________________________.
(10)Coba kalian buat rangkuman teks ulasan tersebut dengan bahasa kalian sendiri!
___
__________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
___________________________________________.
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
79
Kegiatan 2
Kerja Sama Membangun Teks Ulasan
Mengkritik sesuatu menunjukkan bahwa kalian memiliki rasa peduli. Artinya,
dengan adanya kepedulian kalian terhadap sesuatu—dalam hal ini terhadap film dan
drama—menunjukkan bahwa kalian menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak pada
tempatnya. Untuk menguji kejelian kalian, pada kegiatan ini kalian diajak untuk
membangun teks ulasan tentang film atau drama secara bersama-sama. Dengan
merekonstruksi nilai-nilai dan tujuan sosial yang menerapkan kaidah kebahasaan
serta mengikuti tahapan struktur teks yang telah ditetapkan, teks ulasan tersebut akan
dapat kalian bangun.
Tugas 1
Mengevaluasi Teks “Belajar Ikhlas dari ‘Hafalan Shalat Delisa’”
Belajar Ikhlas dari “Hafalan Shalat Delisa”
Irfan Sjafari
1
Pagi hari dalam sebuah ruang sekolah di Lhok Nga, desa kecil di Pantai
Aceh, pada 26
Desember 2004, Delisa (Chantiq Schagerl) berupaya khusyu
menjalankan praktik shalat di depan Ustad Rahman dan Ustazah Nur yang
mengujinya. Ibunya, Ummi Salamah (Nirina Zubir), bersama beberapa ibu
lainnya menyaksikan dari luar jendela. Ucapan Sang Ustad sebelumnya agar
dia tetap fokus pada shalat meski apapun yang terjadi di sekelilingnya benar-
benar ditaati gadis kecil itu. Termasuk juga gempa yang mengguncang dan
plafon atap mulai berjatuhan. Bahkan ketika ustad Rahman dan guru penguji
lain lari keluar dan teriakan panik ibunya tidak membuatnya beranjak. Dia tetap
membaca doa shalat yang dihafalnya. Air bah tsunami pun meluluhlantakkan
tempat itu dan menenggelamkan Delisa.
2
Scene
yang
dahsyat dari film “
Hafalan Shalat Delisa”
—jangan bandingkan
dengan teknologi 3D film Amerika untuk mendeskripsikan tsunami tersebut—
membuat saya terhenyak. Seandainya saja saya yang shalat pada saat terjadi
bencana, apakah saya akan lari atau tetap shalat dengan risiko mati dalam
80
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
keadaan shalat sulit dibayangkan. Film berlatar belakang bencana tsunami
yang melanda Aceh dan berbagai tempat di Asia Tenggara ini menewaskan
ratusan ribu jiwa dan meninggalkan duka yang mendalam.
3
Film ini dibuka dengan beberapa adegan manis dua hari sebelum malapetaka itu.
Del
isa tinggal bersama Ummi dan tiga kakaknya, Fatimah (Ghina Salsabila), dan
si kembar Aisyah (Reska Tania Apriadi) dan Zahra (Riska Tania Apriadi). Abi
Usman, ayahnya (Reza Rahadian), bekerja di sebuah kapal tangker asing nun jauh
dari tempat tinggal mereka. Delisa digambarkan sulit melakukan hafalan shalat,
dibangunkan shalat subuh juga susah. Umminya sampai menjanjikan sebuah
kalung berhuruf D yang dibeli dari toko milik Koh Acan (dimainkan dengan
menarik oleh Joe P Project), jika Delisa lulus ujian praktik shalat. Seperti anak-
anak kecil umumnya, Delisa senang bermain. Dia ingin belajar bersepeda dari
Tiur dan bermain bola dengan Umam. Saya suka dengan akting Nirina Zubir
yang mampu menghidupkan spontanitas seorang ibu ketika Aisyah cemburu
pada Delisa atau Delisa sedang sedih. Ia juga menjadi imam ketika shalat bersama
putri-putrinya. Awalnya akting anak-anak ini agak kaku, namun Nirina mampu
membuat suasana hidup. Segmen ini milik Nirina.
4
Setelah tsunami menghantam, Delisa diselamatkan seorang
ranger
(tentara)
Amerika Serikat bernama Smith (Mike Lewis). Sayang, kaki Delisa harus
diamputasi. Dia juga dikenalkan dengan Sophie, relawan asing lainnya yang
bersimpati pada Delisa. Delisa tahu bahwa ketiga kakaknya sudah pergi ke
surga, juga Tiur dan ibunya, serta ustazah Nur. Semua digambarkan dengan
surealis melintas sebuah gerbang di lepas pantai menunju negeri dengan mesjid
yang indah. Namun keberadaan ibunya masih misteri. Melihat keadannya,
Smith ingin mengadopsi Delisa. Lelaki itu ingat putrinya yang mati dalam
kecelakaan bersama ibunya. Namun kemudian ayahnya datang. Dia kemudian
harus membangun hidupnya kembali bersama putrinya sebagai
single parent
.
5
“Hafalan Shalat Delisa”
tidak terjebak dengan melodrama yang klise. Ada
kesedihan yang membuat air mata keluar, tetapi hidup tetap harus berjalan.
Delisa dengan kaki satu berupaya tegar, termasuk juga membangkitkan
semangat Umam yang remuk dengan bermain bola. Gadis ini juga memberi
inspirasi pada ustad Rahman yang sempat patah semangat. Percakapan ustad
Rahman dengan Sophie di kamp pengungsi menjadi adegan menyentuh
lainnya. “Mengapa Allah menurunkan bencana ini?” Kira-kira demikian
keluhan ustad itu. Sophie menjawab, “Coba tanya Delisa. Dia kehilangan tiga
kakaknya, ibunya, sebelah kakinya, tetapi dia ingin bermain bola.”
6
Pada segmen ini, akting Chantiq Schagerl memukau. Aktingnya mengingatkan
pada Gina Novalista dalam “
Mirror Never
Lies”
yang menjadi nominasi
artis terbaik FFI 2011. Dia mampu mengimbangi akting Reza Rahadian
yang memang gemilang sebagai seorang ayah yang sempat remuk hatinya.
Scene
ketika ayahnya membawa Delisa di reruntuhan rumah mereka sangat
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
81
menggigit. “Abi akan bangun rumah kita lagi!” dengan tegas ayahnya berkata.
Adegan ketika Usman gagal membuat nasi goreng yang seenak buatan Ummi
juga menarik. Betapa susahnya menjadi
single parent
bagi seorang laki-laki.
Termasuk ketika air mata saya tidak bisa dibendung lagi melihat adegan Delisa
memeluk ayahnya, “Delisa cinta Abi karena Allah!”
7
Kehadiran Koh Acan juga menghidupkan suasana. Hal ini merupakan
human
interest
dalam film ini. Ketika dia menawarkan bakmi buatannya pada Delisa di
kamp pengungsian memberikan kesegaran. Begitu juga dia menengok Delisa
yang sakit karena kehujanan. Tentunya membawakan bakmi kesukaannya.
8
Film ini menuju sebuah
ending
apakah umminya selamat atau setidaknya
ditemukan tubuhnya. Hal ini juga begitu menggetarkan. Namun, apapun itu
Delisa digambarkan sebagai sosok yang ikhlas. Tentunya dia juga bertekad
menuaikan
janjinya menyelesaikan hafalan shalatnya. “Delisa shalat bukan
demi kalung, tetapi ingin shalat yang benar.”
9
Film yang diangkat dari novel laris karya Tere Liye ini merupakan film akhir
tahun dan sekaligus juga film menyambut awal tahun
2012 yang manis. Cocok
diputar untuk menyambut peringatan tsunami sekaligus juga hari ibu.
(Sumber: http://hiburan.kompasiana.com
)
(1)
Setelah kalian membaca teks ulasan “Belajar Ikhlas dari ‘Hafalan Shalat Delisa’”
tersebut, cobalah kalian diskusikan beberapa hal berikut.
(a)
Pernahkah kalian menonton film “Hafalan Shalat Delisa” itu?
(b)
Bagi yang pernah menonton, apa pendapat kalian tentang pernyataan penulis
teks ulasan berikut:
—jangan bandingkan dengan teknologi 3D film Amerika
untuk mendeskripsikan tsunami tersebut—
?
(c)
Peristiwa apa yang tergambar pada teks ulasan film tersebut? Coba kalian
ceritakan.
(d)
Setelah peristiwa tsunami itu terjadi, apa yang dialami Delisa kemudian?
(e)
Coba kalian ceritakan apa saja yang diulas penulis teks itu.
___
__________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_______________.
82
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
(2)
Pada teks ulasan “Belajar Ikhlas dari ‘Hafalan Shalat Delisa’” tersebut terdapat
beberapa kata yang tidak baku. Cobalah kalian temukan kata-kata itu dengan
membaca secara teliti
sekali lagi teks yang dimaksud. Setelah itu, kelompokkan
kata yang dimaksud ke dalam kolom yang seharusnya. Untuk itu, kalian bisa
menggunakan
Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI).
No.
Kata
Baku
Tidak Baku
1.
shalat
salat
salat
shalat
2.
ustaz
ustad
ustaz
ustad
3.
doa
d o’a
4.
risiko
resiko
5.
tangker
tanker
6.
praktik
praktik
7.
masjid
mesjid
8.
kamp
kemp
9.
iklas
ikhlas
10.
khusyuk
khusyu
(3)
Sasaran kalian untuk menghasilkan teks ulasan pada pelajaran ini adalah seni
pertunjukan, yaitu film dan drama. Untuk itu, dibutuhkan penginderaan yang
baik. Penginderaan yang paling hakiki terhadap pertunjukan itu adalah: pertama,
bidang visual menyangkut kemampuan mata yaitu melihat; dan kedua, bidang
audio menyangkut kemampuan telinga yaitu mendengar. Menurut Alif Danya
Munsi, corak seperti apa yang ada dalam pikiran dan perasaan kalian yang mesti
dibuat kritiknya ditentukan oleh indera tiap kritikus. Ada empat corak dalam
menulis kritik tersebut. Pertama, corak kritik apresiasi, meliputi dua ciri: individual
yang semata-mata merupakan ekspresi tunggal mewakili kemauan kalian untuk
menyatakan segi positif dari pertunjukan yang disaksikan; serta sosial yang
mewakili pandangan objektif dengan menyertakan atau mencatat bagaimana
respons masyarakat dalam menyaksikan pertunjukan tersebut. Kedua, corak kritik
eksposisi merupakan ulasan tentang film dan drama berdasarkan bagan-bagan yang
membangun film atau drama tersebut. Dalam ulasan eksposisi ini, kalian menulis
kritik dengan jalan keluar. Artinya, kalian bertanggung jawab dengan kritik yang
kalian buat. Ketiga, corak kritik evaluasi berangkat dari cara memindai kerangka
cerita, premis, dan tema, lalu bagaimana sutradara menafsirkannya melalui gambar.
Dan keempat, corak kritik prevalensi, berupa ulasan yag merata, umum, luas,
dengan ukuran perbandingan yang ideal atas tontonan-tontonan lain yang yang
pernah ada. Ulasan ini dimulai dengan menyebut sesuatu sebagai ukuran ideal,
dan diakhiri dengan harapan-harapan.
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
83
Dengan demikian, menurut kalian, teks yang mengulas film “Hafalan Shalat Delisa”
di atas termasuk corak kritik yang mana? Coba jelaskan alasan kalian.
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
__________________________________.
Tugas 2
Membandingkan Teks “Gara-Gara Kemben, Film ‘Gending
Sriwijaya’ Diprotes Budayawan”, dan Teks “’Mengapa Kau Culik
Anak Kami?’ Pertanyaan Itu Belum Terjawab”
Pada bagian ini kalian diajak membandingkan tiga teks ulasan, yaitu dua teks
ulasan film dan satu teks ulasan drama, yang masing-masing berjudul “Belajar Ikhlas
dari ‘Hafalan
Shalat
Delisa’”, “Gara-Gara Kemben, Film ‘Gending Sriwijaya’ Diprotes
Budayawan”, dan “’Mengapa Kau Culik Anak Kami?’ Pertanyaan Itu Belum Terjawab”.
Teks ulasan film yang pertama sudah kalian baca pada tahapan tugas sebelum ini. Teks
ulasan berikut adalah dua teks yang lainnya.
Buatlah beberapa kelompok kecil yang terdiri atas 3—5 orang. Diskusikanlah
beberapa teks ulasan berikut dengan anggota kelompok masing-masing. Setelah itu,
coba bandingkan hasil kelompok kalian dengan kelompok lainnya.
“Mengapa Kau Culik Anak Kami?”
Pertanyaan Itu Belum Terjawab
“Apa orang-orang itu tidak punya seorang ibu yang setidak-tidaknya pernah
memperkenalkan kasih sayang, kelembutan cinta....”
“Apa kamu pikir orang-orang itu dilahirkan oleh seorang ibu?”
“Apa mereka lahir dari batu?”
“Mereka dilahirkan oleh rahim kekejaman.”
1
Dialog itu diucapkan tokoh Ibu dan Bapak yang diperankan Niniek L. Karim
dan Landung Simatupang dalam drama “Mengapa Kau Culik Anak Kami?”
Drama “Mengapa Kau Culik Anak Kami?” ditulis dan disutradarai oleh Seno
Gumira Ajidarma. Banyak penonton berkaca-kaca matanya menyaksikan
84
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
pementasan drama sepanjang 75 menit itu, yang selama itu pula suasana
dicekam oleh kepiawaian akting dua aktor andal itu, yang satu dari Jakarta
dan satu lagi dari Yogyakarta.
2
Dram
a ini dipentaskan di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM),
Jakarta, 6—8 Agustus 2001, dan setelah itu digelar di Societeit, Taman Budaya,
Yogyakarta, 16—18 Agustus. Pertunjukan diproduksi oleh Perkumpulan Seni
Indonesia bekerja sama dengan Kontras (Komisi untuk Orang Hilang dan
Korban Tindak Kekerasan).
3
Panggung diisi oleh garapan artistik dari tokoh yang juga jarang muncul,
yakni Chalid Arifin, lulusan Institut Des Hautes Etudes Cinematographiques,
Perancis. Suasananya serba minimalis, sampai ke tata lampu maupun garapan
musik oleh Tony Prabowo yang dimainkan oleh Budi Winarto dengan saksofon
soprannya.
4
Drama tersebut diilhami oleh peristiwa penculikan aktivis di era Orde Baru-
Soeharto. Drama “Mengapa Kau Culik Anak Kami?” berwujud obrolan antara
tokoh suami dan istri yang anaknya diculik dan belum kembali. Obrolan terjadi
menjelang tengah malam. Bapak mengenakan sarung dan berkaus oblong,
sedangkan Ibu bergaun panjang.
5
Kalau dilihat secara sederhana, obrolan terbagi dua fase: fase pertama
menyangkut tindak kekejaman secara umum yang dilakukan oleh tentara,
fase kedua memfokuskan pada kehidupan Ibu-Bapak itu, yang anaknya, Satria
(dip
erankan oleh korban penculikan yang sebenarnya, aktivis Solidaritas
Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi, Nezar Patria) hilang diculik penguasa.
6
Berlatarkan pada situasi politik sekarang yang cenderung ingin melupakan
korban-korban penculikan yang sampai kini tak ketahuan rimbanya, drama
ini serentak menemukan relevansi sosialnya. Dengan langsung menunjuk
peristiwa-peristiwa kekerasan yang pernah terjadi di Indonesia termasuk
pada tahun 1965, drama ini sendiri lalu seperti berada di wilayah “kesenian
kontemporer” dengan sifat khasnya: meleburnya batas antara kesenian dan
kehidupan
nyata; antara ruang pribadi dan ruang publik; dan seterusnya. Apa
yang dialami si Ibu-Bapak Niniek dan Simatupang, adalah juga pengalaman
sehari-hari sekian orangtua yang kehilangan anak-anaknya, anak yang
kehilangan bapaknya, diculik oleh genderuwo penguasa politik.
***
7
“Ini hanya sebuah kopi dramatik dari peristiwa yang sebenarnya,” kata
Seno Gumira. Seno sendiri yang lebih dikenal khalayak sebagai penulis
cerpen sebenarnya juga pernah menggauli penulisan naskah drama. Ia
pernah bergabung dengan Teater Alam, Yogyakarta, pimpinan Azwar A.N.
pada pertengahan 1970-an. Ia pernah menggelar drama karyanya berjudul
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
85
“Pertunjukan Segera Dimulai” pada 1976. Belakangan, ia mementaskan
“Tumirah Sang Mucikari” (1998) yang diilhami oleh huru-hara politik di
Tanah Air.
8
“Mengapa Kau Culik Anak Kami?” sendiri, dari segi naskah dan strategi
pementasan, boleh jadi oleh
penulis dan sutradaranya tidak langsung
diparadigmakan dalam gagasan-gagasan yang mendasari peleburan batas
kesenian dan kehidupan seperti diwacanakan oleh seni kontemporer. Suasana
penantian, misalnya, mungkin masih seperti mengacu pada “modernisme”
Becket, taruhlah dalam
Waiting for Godot
.
9
Namun, para pendukung, katakanlah Niniek, Simatupang, serta tidak
ketinggalan p
enata musik, Tony Prabowo, dengan kematangannya telah
menjembatani apa yang bisa dicapai naskah tersebut dengan publiknya. Ini
masih didukung adegan sekilas yang menjadi penting, ketika Nezar Patria
tiba-tiba muncul di panggung beberapa detik. Sementara saksofon yang
melengkingkan blues oleh Budi Winarto yang menandai pergantian babak,
setiap saat menggarisbawahi, betapa pahit dan mengenaskan sebetulnya hidup
di republik ini. Itulah yang membuat hati banyak orang teriris dan sebagian
menjadi sembab matanya ketika keluar dari gedung pertunjukan.
10
Di panggung, Niniek berujar, “Sudah setahun lebih. Setiap malam aku
berdoa mengharapkan keselamatan Satria,
hidup atau mati. Aku hanya ingin
kejelasan....” Sementara Simatupang berdiri, maju ke ujung panggung dan
bermonolog, “Mengapa kau culik anak kami? Apa bisa pertanyaan ini dijawab
oleh seseorang yang merasa memberi perintah menculiknya?” Pertanyaan itu
belum terjawab di atas pentas. Juga di luar pentas.
(Sumber:
Kompas,
i
9 Agustus 2001 dalam
http://www.kontras.org/
)
(a)
Teks di atas mengulas sebuah drama berjudul “Mengapa Kau Culik Anak
Kami?” Sebelum penulis teks masuk pada bagian
orientasi, terdapat dialog
antara tokoh Ibu dan Bapak. Apa yang mereka bicarakan?
(b)
Ada berapa paragrafkah orientasi yang terlihat pada teks tersebut?
(c)
Apa tema yang diangkat dalam drama yang ditulis dan disutradarai Seno
Gumira Ajidarma ini?
(d)
Mengapa banyak mata penonton yang berkaca-kaca setelah menyaksikan
pementasan drama tersebut?
(e)
Termasuk corak apa teks ulasan di atas? Mengapa?
86
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Gara-Gara Kemben, Film “Gending Sriwijaya”
Diprotes Budayawan
Ilm
1
Film Gending Sriwijaya yang disutradarai Hanung Bramantyo menuai
kontroversi. Sejumlah budayawan dan peneliti sejarah di Sumatera Selatan
protes karena menilai alur cerita (plot) film menyimpang dari sejarah Kerajaan
Sriwijaya. Pakaian songket dan kemben yang dikenakan bintang film itu
juga dianggap keliru. “Harus direvisi sebelum ditayangkan karena bisa jadi
pembiasan
sejarah,” tegas Kepala Balai Arkeologi Palembang, Nurhadi
Rangkuti, Minggu (21/10/2012).
2
Film
Gending Sriwijaya digarap Hanung Bramantyo bekerja sama dengan
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menggunakan dana APBD senilai
Rp11 miliar. Dalam anggaran disebutkan film yang akan dibuat berjenis film
dokumenter. Setelah selesai film ini dikelola Badan Aset Daerah. Tender film
dimenangi
Putar
Production
pada April 2012. Ini kerja sama kedua setelah
film “Mengejar Angin”.
3
Nurhadi menilai kelemahan film Gending Sriwijaya terletak pada cerita
pertentangan dan perebutan tahta oleh dua anak raja (dalam film disebut Raja
Dapunta Hyang Srijayanasa. Nama Dapunta Hyang terukir di Prasasti Kedukan
Bukit, 864 Masehi). Menurut Nurhadi, dalam sejarah Kerajaan Sriwijaya tidak
pernah terjadi pertentangan. Kehancuran Sriwijaya yang pernah menjadi kerajaan
maritim terbesar di Nusantara disebabkan faktor eksternal, tidak ada sejarah yang
mengisahkan perebutan tampuk kekuasaan di antara keturunan raja.
4
“Pertentangan dan kehancuran kerajaan diriwayatkan terjadi karena ada
serangan dari luar kerajaan,” tegas Nurhadi. Ketua Yayasan Kebudayaan
Tandipulau, Erwan Suryanegara, protes lebih keras. “Saya berani pasang leher
untuk menentang film ini,” katanya.
5
Budayawan yang mendapat Magister Seni Rupa dan Desain dari Institut
Teknologi Bandung ini mengatakan, kisah yang diceritakan terkesan mengada-
ada karena menggabungkan Gending Sriwijaya dengan cerita Kerajaan
Sriwijaya. Dua
hal ini merupakan objek yang berbeda. Gending Sriwijaya
merupakan nama tarian yang diciptakan pada tahun 1943 ketika zaman
penjajahan Jepang sebagai tarian penyambut petinggi Jepang ketika itu. Tari ini
diciptakan Sukainah Arozak, syair diciptakan A. Muhibat. Sementara Kerajaan
Sriwijaya dikisahkan dalam sejarah mengalami kejayaan pada abad ke-7
hingga ke-13 masehi. “Dua hal ini merupakan kisah yang berbeda, tidak dapat
disatukan. Selisih waktu di antara keduanya jauh, berabad-abad,” jelasnya.
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
87
6
Erwin mempermasalahkan riset yang dilakukan sutradara dan penulis skenario
film karena menurutnya film
ini tidak didukung riset yang cukup akan
latar belakang sejarah Sriwijaya. Kekeliruan riset juga ditunjukkan dengan
kostum yang dikenakan para pemain tidak sesuai pada masanya. Para pemain
mengenakan pakaian yang tidak bercirikan pakaian Melayu ketika itu. “Kemben
yang digunakan itu bukan pakaian sehari-hari masyarakat ketika itu. Bagi
kami, pakaian itu merupakan pakaian khusus untuk ke sungai jika hendak
mandi,” ungkap budayawan yang juga menjadi pengajar di Palembang ini.
7
Sama seperti Nurhadi, perebutan kekuasaan antara kedua anak raja kerajaan
yang diceritakan dalam film ini juga dipertanyakan Erwin. Sinopsis film
Gending Sriwijaya mengisahkan perebutan tahta kerajaan antara dua orang
anak Raja Dapunta Hyang Sri Jayanasa (diperankan Slamet Rahardjo), yakni
Awang Kencana (Agus Kuntjoro) dan Purnama Kelana (Syahrul Gunawan).
“Ti
dak ada sejarah yang mengisahkan perebutan kekuasaan oleh dua anak raja
Kerajaan Sriwijaya,” tegasnya.
(Sumber:
www.tribunnews.com
)
(a)
Disebutkan oleh penulis teks ulasan “Gara-Gara Kemben, Film “Gending
Sriwijaya” Diprotes Budayawan”, Ilm, bahwa film “Gending Sriwijaya” ini
menuai kontroversi. Mengapa?
(b)
Kepala Balai Arkeologi Palembang, Nurhadi Rangkuti, mengatakan film ini
bisa menimbulkan pembiasan sejarah. Apa maksudnya?
(c)
Tahukah kalian kebenaran sejarah yang melatarbelakangi kehancuran
Kerajaan Sriwijaya?
(d)
Apa pula maksud
kemben
yang disebut-sebut dalam teks ulasan tersebut?
(e)
Termasuk corak apakah teks ulasan di atas? Mengapa?
(1)
Deng
an menulis ulasan film dan drama secara kritis, kalian memperoleh
pengalaman atas dua hal, yaitu melatih ketangkasan nalar hingga kesanggupan
berpikir logis dan melatih kepekaan sukma hingga sanggup berpikiran estetis.
Selanjutnmya, setelah membaca ketiga teks ulasan di depan, apakah kalian
menemukan perbedaan struktur teks ketiganya? Coba kalian ceritakan bagaimana
tiap penulis mengurai ulasannya hingga terbangun teks yang ada tersebut!
88
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
No.
Struktur Teks:
“Belajar Ikhlas dari ‘Hafalan Shalat Delisa’”
1.
2.
3.
4.
No.
Struktur Teks:
“Gara-Gara Kemben, Film ‘Gending Sriwijaya’ Diprotes Budayawan”
1.
2.
3.
4.
No.
Struktur Teks: Struktur Teks:
“’Mengapa Kau Culik Anak Kami?’ Pertanyaan Itu Belum Terjawab”
1.
2.
3.
4.
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
89
(2)
Seorang kritikus dalam mengulas sebuah film atau drama harus bersikap
jujur mengungkapkan pendapat dan pandangannya terhadap apa yang telah
disak
sikannya. Jujur di sini artinya bersikap terbuka dalam mengemukakan
kelebihan dan kekurangan pertunjukan itu. Memang kekurangan merupakan
dorongan atas penulisan kritik, tetapi kalian mesti membuka diri untuk melihat
bagian-bagian positifnya untuk dikemukakan kepada khalayak dalam ulasan
yang kalian bangun. Apabila memungkinkan, dalam mengulas sebuah karya dari
sisi negatifnya, kalian memberikan jalan keluarnya. Kritikus yang demikian akan
disegani dan dihormati serta didengar pendapatnya karena kritiknya jujur, benar,
dan bermanfaat.
Pada ketiga teks ulasan tersebut, apakah kritisinya (kritisi: bentuk jamak dari
kri
tikus) sudah bersikap jujur, benar, dan bermanfaat? Coba kalian baca sekali lagi
dengan teliti, lalu tuliskan pendapat kalian tentang kelebihan, kekurangan, dan
jalan keluar yang diberikan penulisnya pada kolom di bawah ini.
No.
Judul Teks
Ulasan
Kelebihan
Kekurangan
Jalan Keluar
1.
Belajar Ikhlas
dari “Hafalan
Shalat Delisa”
a)_____________
b)_____________
c) _____________
d) _____________
e) _____________
a) Penggambaran
tsunami tidak
maksimal
b) ____________
c) ____________
d) ____________
e) ____________
a) _____________
b)_____________
c) _____________
d) _____________
e) _____________
90
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
2.
Gara-gara
Kemben,
Film “Gend-
ing Sriwijaya”
Diprotes
Budayawan
a) _____________
b) _____________
c) _____________
d)_____________
e) _____________
a) _____________
b) _____________
c) _____________
d) _____________
e) _____________
a) Harus ada
revisi sebelum
ditayangkan
b) _____________
c) _____________
d) _____________
e) _____________
3.
“Mengapa
Kau Culik
Anak Kami?”
Pertanyaan
Itu Belum
Terjawab
a) Banyak
penonton
berkaca-kaca
menyaksikannya
b) _____________
c) _____________
d) _____________
e)______________
a) _____________
b) _____________
c) _____________
d) _____________
e) ____________
a) _____________
b) ____________
c) _____________
d) _____________
e) _____________
(3)
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan
surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya: Berita itu muncul dalam harian
Kompas
. Tanda petik
(“...”) dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab
buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya: Sajak “Pahlawanku” terdapat pada
halaman 5 buku itu. Oleh sebab itu, penulisan judul film atau drama yang dipakai
dalam kalimat menggunakan tanda petik (“...”), sedangkan judul novel dituliskan
dengan huruf miring.
Pada ketiga teks ulasan
tersebut terdapat beberapa kesalahan penulisan judul film
dan drama. Bacalah sekali lagi secara saksama ketiga teks ulasan itu, terutama pada
penulisan judul film dan drama. Bisakah kalian menemukan kesalahannya?
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
91
Bacalah kalimat yang tersedia di dalam kolom berikut, lalu tulislah tanda (ѵ) pada
kolom (Benar) jika penulisan judul dalam
kalimatnya sudah tepat, dan pada kolom
(Salah) jika penulisan judul dalam kalimat belum tepat.
No.
Kalimat
Benar
Salah
1.
Scene
yang dahsyat dari film
“Hafalan
Shalat
Delisa”
membuat saya terhenyak.
3
2.
Aktingnya mengingatkan pada Gina Novalista
dalam
Mirror Never Lies
yang menjadi nominasi
artis terbaik FFI 2011.
3
3.
Drama
“Mengapa Kau Culik Anak Kami?”
ditulis
dan disutradarai oleh Seno Gumira Ajidarma.
4.
Ia pernah menggelar drama karyanya berjudul
Pertunjukan Segera Dimulai
pada 1976.
5.
Belakangan, ia mementaskan
“Tumirah Sang
Mucikari”
(1998) yang diilhami oleh huru-hara
politik di Tanah Air.
6.
Film
Gending Sriwijaya
yang disutradarai Hanung
Bramantyo menuai kontroversi.
7.
Ini kerja sama kedua setelah film
“Mengejar
A ng i n”
.
8.
Film
Gending Sriwijaya
digarap Hanung Bramantyo
bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan menggunakan dana APBD.
9.
Film
“Hafalan
Shalat
Delisa”
diangkat dari novel
yang berjudul sama,
Hafalan Shalat Delisa
.
10.
Nurhadi menilai kelemahan film
“Gending
Sriwijaya”
terletak pada cerita pertentangan dan
perebutan tahta oleh dua anak raja
92
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Tugas 3
Mengevaluasi dan Menyunting Teks “Guyonan Bersama Teater
Gandrik ‘Gundala Gawat’”
Pada bagian ini kalian diminta untuk mengevaluasi dan menyunting teks “Guyonan
Teater Gandrik ‘Gundala Gawat’” dari sisi struktur teks, sisi kebahasaan, dan juga sisi
isinya.
Guyonan Bersama Pementasan Teater Gandrik “Gundala Gawat”
Dwi Klik Santosa
1
“Gund
ala Gawat” karya budayawan Goenawan Mohamad (GM) diadaptasi dari
serial komik “Gundala Putera Petir” karya Hasmi. GM menganggap ini adalah
karya guyonan belaka. “Sesekali kita boleh
to
, merenungkan sesuatu dengan
cara yang guyonan,” kata GM, “semua terserah pada pencernaan penonton.”
Seperti diakui oleh si seniman dari
Njogja
yang kondang karena karakternya
yang unik dan kuat
meniru berbagai logat dan karakter pengucapan tokoh-
tokoh
nomer
satu Indonesia, bahwa, ”Pementasan naskah ini oleh Teater
Gandrik adalah sebuah tawaran bagi publik untuk menafsirkan nilai-nilai
sebuah esensi,” kata Butet Kartaredjasa, “apakah guyonan ala kami sama dengan
guyonan gaya OVJ.”
Sumber: http://baltyra.com/
Gambar 5.2 Adegan tegang superhero disaksikan pengarangnya:
Gunawan Maryanto (Pangerang Mlaar), Jamaluddin Latif (Aquanus),
M. Arief Wijayanto (Jin Kartubi), Susilo Nugroho (Gundala Putera
Petir), Jujuk Prabowo (Sun Bo Kong)
2
Mendengarkan ucapan kedua tokoh utama di balik pementasan Teater Gandrik
itu, terbayang bagi saya
untuk mencernanya ke dalam keseluruhan peristiwa
pementasan itu di Concert Hall, Taman Budaya Yogyakarta, 16—17 April 2013.
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
93
Terdapat beragam tanggapan dan
respon
masyarakat setelah menyaksikannya.
Muncul pula kritik dari beberapa media,
namun
secara umum, memberikan
nilai plus. Begitupun saya rasa, dari sekian penonton yang antusias menikmati
suguhan seni ala
nJogja
itu.
3
Harian Suara Merdeka melalui tulisan Sony Wibisono, tak kurang, memberikan
judul
”Idealisme Sepi Gundala ’Njembling’” pada review terhadap pementasan
itu. Namun
toh
, isi dari kandungan tulisan Sony lebih menekankan pada
tajuk ”Gundala”, dalam cerita yang ditulis Goenawan Mohamad ini menjadi
sosok yang sangat dirindukan Hasmi untuk dihidupkan kembali.
Dan
sebagai
teater modern, Teater Gandrik mematuhi rel naskah, tapi dagelan Jogja
terutama
plesetannya
adalah ”kewajiban”. Cerita ”Gundala Gawat” setidaknya
memberikan sindiran yang kontesktual dengan kondisi Indonesia. Pertama
kelompok koruptor, pengalihan isu dari wabah petir, dan idealisme yang tidak
laku.”
4
Begitupun, Harian Jawa Pos
yang memuatnya sebagai
headline
, menekankan
sebuah data, seperti lakon-lakon sebelumnya, lewat ”Gundala Gawat”, Gandrik
tetap tampil dengan sarkastik, kritis, dan penuh gelak tawa. Untung Basuki,
aktor kawakan Bengkel Teater Rendra era 1980—1990-an, ketika saya mintai
pendapat, hanya menggeleng-gelengkan kepala. ”Saya
ndak
habis pikir, GM,
membuat adaptasi naskah teater yang seperti itu,” katanya.
5
Dan
kata Iwan Sudjono, seniman Jogja yang sudah kerapkali berpentas di luar
negeri juga memberikan tanggapannya. ”Sebagai drama, secara plot cukuplah
saya pahami maksudnya.
Tapi
saya rasa, terlampau banyak
badutan
nya.
Sehingga agak luput seperti apa yang saya bayangkan, ketika naskah ini ditulis
oleh seorang GM.”
Teater Kontekstual
6
Almarhum Rendra memberikan pengertian k
epada saya dalam sebuah
pendapatnya, ”Yang paling menonjol dari sebuah pementasan drama adalah
bagaimana kejelian sutradara mengalirkan plot.
Sehingga
dramaturgi yang
terbentuk akan menjadi penanda bagaimana emosi penonton ikut dan hanyut
ke dalam semangat pertunjukan.”
7
Menyaksikan secara utuh, pementasan Teater Gandrik pada sajian ”Gundala
Gawat” dari sejak gladi resik, pementasan hari pertama dan kedua, dan
mensinergikan
dalam pemahaman saya mencerna apa yang dikatakan Rendra
dalam kredonya tersebut, cukup berhasil saya rasa Djaduk Ferianto memainkan
p
erannya sebagai sutradara. Ritme yang mengalir untuk menggarap dramaturgi
dimunculkan dari kreativitas yang aneka.
Dari pengolahan plot yang saling
sinambung dan terjaga.
Dari abstraksi, klimaks dan anti klimaks, cukup
mengalir memberikan tanya yang berjawab bagi benak segenap penonton.
94
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
8
Naik turun penasaran penonton dimainkan dengan akumulasi permainan
cahaya atau
lighting
yang sinergi dengan rancak, jenaka dan senyapnya
olahan permainan musik dan layar digital animasi yang kaya nuansa. Apalagi
dengan gaya sampakan atau akting semau
gua
yang akhirnya menjadi ciri khas
para ”
gandriker
” yang sesekali meloncat dari naskah. Berupa celotehan dan
spontanitas yang kontekstual dengan alur. Tentu saja fragmen begini, yang
selalu menjadi ciri mereka dan ditunggu para pecinta dan fans beratnya untuk
menghasilkan senyum dan bahkan tawa
ngakak
. Apalagi telah dua tahun grup
teater dari
Njogja
ini, absen dari perhelatan, dan ditinggal pergi Heru Kesawa
Murti, salah satu dedengkotnya, yang meninggal dalam usia 54 tahun karena
sakit. Menjadikan pementasan yang emosional bagi para anggota Gandrik,
kiranya, seperti ingin menunjukkan sebuah semangat, “Teater Gandrik akan
terus hidup dan berpentas!”
9
Hanya saja, saya melihat, bahwa, Susilo Nugroho, yang akrab dikenali sebagai
si Den Baguse Ngarso dan menjadi pemeran Gundala, dalam beberapa adegan
nampak kedodoran, berakting tidak seperti biasanya. Bagaimana pun, ialah
aktor utama dalam pelakonan pentas itu. Jika semangatnya naik turun, pastilah
berakibat bagi yang lain untuk naik turun. Seringkali ia melakukan hal yang
fatal.
Yaitu terlambat masuk ke dalam timing
. Sehingga naskah yang semestinya
lucu secara naskah, lantas tak menghasilkan senyum atau ketawa penonton,
alias hambar-hambar saja. Begitupun, adegan yang semestinya dramatis.
Menyepikan suasana untuk memberi nuansa tragis, atau sitegang sebagai
gambaran tajamnya persoalan peristiwa, jadi naik turun pula maknanya dalam
pencernaan penonton.
10
Untungnya ad
a Butet Kartaredjasa, seperti yang saya lihat bermain nyaris
prima dan konsisten. Hanya saja pada pementasan hari pertama, ia
sedikit
down
untuk memberi nuansa dramatis pada
ending
pementasan.
Sebagaimana karakternya yang kuat, yaitu bersuara besar dan serak, dan
pandai
mengatur tempo pengucapan, jelaslah ia jago orasi yang mumpuni.
Sehingga pintar membetot sepenuhnya perhatian penonton. Hanya tertuju
kepadanya, begitulah misteri panggung itu jika sudah jinak. Namun, kali itu,
ia mengalami dilema, terlambat
timing
. Sehingga semestinya, kalimat terakhir
yang menggelegar dan giris itu, ”Kalau saja para superhero tidak lagi gagah
menyuarakan kebenaran.
Titenono...
sopo
leno,
tak
petir
ndasmu
!” akan ikut
pula memalu dan menggodam perasaan penonton.
Dan
menjadikan sepi ruang
alam: alam panggung, alam Concert Hall, alam penonton, sesepi kuburan.
S
ehingga pada akhirnya, akan dibawa pulang sepi itu untuk terus direnungkan
menjadi
semacam bahan-bahan
untuk mengolah lagi.
11
Secara umum, saya melihat, para aktor cukup mumpuni memainkan perannya.
Lucu, berisi dan kritis.Terhadap pernyataan GM, bahwa pelakonan ini seperti
bermakna guyonan belaka, saya rasa ada benarnya. Tapi juga sebuah pandangan
lain dari arti sebuah guyonan, bahwa, disampaikan dengan kaidah Teater
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
95
Gandrik, terasa bedanya. Akumulasi dari keseluruhan kinerja jeli sang sutradara
dan dibantu seperangkat artistik kepercayaannya, memungkinkan memberi
cakrawala lain di hati dan benak pemirsa.
(Sumber:
https://id-id.facebook.com/notes/dwi-klik-santosa
)
(1)
Teks ulasan yang ditulis oleh Dwi Klik Santosa di atas menggambarkan sebuah
pementasan karya Goenawan Mohamad yang diadaptasi dari serial komik “Gundala
Putera Petir” karya Hasmi. Menurut
kalian, apakah teks tersebut sudah termasuk
sebuah teks ulasan yang ideal? Ideal yang dimaksudkan di sini adalah sesuai dengan
strutur teks yang ada dan menggunakan kaidah kebahasaan, termasuk penerapan
kaidah ejaan. Diskusikanlah struktur teks ulasan tersebut dengan kelompok yang
telah dibentuk sebelumnya. Diskusikan bagaimana penulis menyampaikan pokok
pikirannya dalam mengulas pementasan tersebut sehingga terbentuk struktur teks
yang berisi
orientasi^tafsiran isi^evaluasi^rangkuman
. Setelah itu, tulislah hasil
diskusi kalian pada kolom yang tersedia berikut ini.
No.
Struktur Teks:
“Guyonan Bersama Pementasan Teater Gandrik ‘Gundala Gawat’”
1.
Orientasi:
2.
Tafsiran Isi:
3.
Evaluasi:
4.
Rangkuman:
(2)
Dalam teks “Guyonan Bersama Pementasan Teater Gandrik ‘Gundala Gawat’
”
tersebut banyak terdapat kekeliruan dalam penggunaan kaidah kebahasaan.
Banyak juga ditemukan pemubaziran penggunaan kata atau penulisan kalimat.
Dalam
bidang ilmu bahasa,
kemubaziran,
yang disebut juga dengan
kelewahan”
dimaknai sebagai penggunaan kata secara berlebih. Artinya, kehadiran kata itu
sesungguhnya tidak diperlukan, yang jika dihilangkan pun tidak akan mengganggu
informasi yang disampaikan. Contohnya adalah penggunaan kata bersinonim
secara bersama-sama, seperti
agar supaya, demi untuk,
dan
servis pelayanan
.
96
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Bisakah kalian menemukan contoh sejenis itu? Coba kalian baca sekali lagi teks di
atas dengan teliti, lalu suntinglah teks ulasan tersebut. Tuliskan hasil suntingan
kalian pada kolom yang tersedia berikut ini. Lakukan dengan mendiskusikannya
dalam kelompok yang telah ada!
No.
Kata/Kalimat yang Keliru atau Mubazir
Kata/Kalimat yang Benar
1.
Harian
Suara Merdeka
melalui tulisan
Sony Wibisono,
tak kurang
, memberikan
judul
”Ide
alisme Sepi Gundala
’
Njembling
’” pada
review
terhadap
pementasan itu.
Harian
Suara Merdeka,
melalui tulisan Sony Wibisono,
memberikan judul
”Ide
alisme
Sepi Gundala ’
Njembling
’” pada
review
terhadap pementasan itu.
2.
Seringkali ia melakukan hal yang fatal.
Yaitu terlambat masuk ke dalam timing
.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
97
(3)
Menurut kalian, termasuk corak kritik apakah teks ulasan di atas? Coba jelaskan.
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
_____________
(4)
Setelah kalian menilai dan menyunting teks “Guyonan Bersama Pementasan Teater
Gandrik ‘Gundala Gawat’
”
dari berbagai sisi, baik struktur teks, kaidah kebahasaan,
dan juga isi teks ulasan secara keseluruhan, tugas kalian berikutnya adalah menulis
ulang kembali teks ulasan tersebut dengan mengunakan bahasa kalian sendiri.
Buatlah sebuah teks ulasan yang ideal dengan menggunakan kaidah kebahasaan
yang tepat. Bacalah teks yang kalian hasilkan itu sehingga teman-teman kalian
dapat mendengarkan ulasan kalian. Mintalah tanggapan kepada mereka tentang
isi dan bahasanya.
Tugas 4
Menginterpretasikan Makna Teks “Teater Gandrik Ubah Kisah
Pahlawan Super Jadi Kritik Sosial”
Pada kegiatan sebelumnya, kalian sudah membuat teks ulasan tentang drama
“Gundala Gawat” yang dipentaskan oleh Teater Gandrik. Bandingkanlah teks ulasan
yang telah kalian buat itu dengan teks ulasan serupa yang ditulis oleh Munarsih Sahana
berikut ini. Perhatikan dengan saksama struktur yang membangun teks tersebut dan
kaidah kebahasaan yang digunakannya.
(1)
Bacalah teks ulasan yang berjudul “Teater Gandrik Ubah Kisah Pahlawan Super
Jadi Kritik Sosial” berikut ini. Sambil membaca, identifikasilah siapa yang menjadi
pahlawan supernya dan apa yang telah dilakukannya.
98
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Teater Gandrik Ubah Kisah Pahlawan Super Jadi Kritik Sosial
Munarsih Sahana
1
Teater Gandrik di Yogyakarta mementaskan “Gundala Gawat” karya
budayawan Goenawan Mohamad, parodi kisah pahlawan super yang dijadikan
kritik sosial. Setelah sukses dipentaskan di Yogyakarta, pertunjukan drama
komedi itu dipentaskan di Jakarta dan Surabaya serta kota-kota lain di
Indonesia.
2
“Gundala Gawat” mengangkat kisah pahlawan super lokal
bernama Gundal
Putra Petir yang populer dalam komik karya Hasmi Suraminata, yang juga
berm
ain dalam pementasan ini. Gundala dituduh warga bersekongkol dengan
ayahnya, Petir, karena setiap ada serangan petir selalu terjadi perampokan
bank.
3
Di akhir cerita, Gundala bersama pahlawan super lokal lainnya diperintahkan
oleh komikus Hasmi untuk menyusup ke dalam kelompok lawan. Namun
Gundala terperangkap tidak berdaya sementara pahlawan lainnya berbalik
ikut melakukan perampokan.
4
Pementasan drama oleh Teater Gandrik Yogyakarta tersebut penuh humor
dan kritik sosial seperti penyertaan peristiwa penyerangan lapas Cebongan,
kegagalan Ujian Nasional, dan kasus-kasus korupsi.
5
Menurut Goenawan, drama tersebut lebih sebagai gurauan yang tidak harus
ditanggapi secara serius. “Ini bergurau, kalau kita melihat lelucon lalu dicari
maknanya maka leluconnya hilang. Karena melihat hidup secara arif
kan
,
bahwa..ya, kita harus bisa ketawa untuk hal-hal yang serius juga,” ujarnya.
6
Dalang dan penulis Sudjiwo Tedjo mengaku kaget karya Goenawan penuh
lelucon, meskipun ia menilai
karya tersebut masih mirip dengan kolom
“Catatan Pinggir” karya penulis yang sama yang rutin dimuat majalah
Tempo
.
7
“Ini
kelanjutan dari ‘Catatan Pinggir’. ‘Catatan Pinggir’ versi
ndeso
, versi
kethoprakan
. Justru guyonan itu sangat serius menurut saya, dengan menulis
ini responsnya lebih banyak daripada ia menulis ‘Catatan Pinggir’,” ujarnya.
8
Sutradara dan penata musik Djaduk Ferianto mengatakan, ia puas dengan
pentas di Taman Budaya Yogyakarta, 16 dan 17 April 2013, dengan penonton
yang berjubel. Tiket untuk
pentas di Taman Ismail Marzuki Jakarta
26 dan
27 April 2013 sudah habis
terjual sehingga ada pementasan tambahan malam
berikutnya. Pada Juli 2013, Teater Gandrik pentas di Surabaya dan di kota-kota
lainnya di Indonesia.
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
99
9
“Moga-moga nanti untuk Jakarta lebih cair, lebih nikmat, dan lebih terjaga
(permainannya). Kalau untuk Jakarta, perubahannya yang lokal Jawa mungkin
sedikit dijadikan bahasa Indonesia atau mungkin dengan aktualitas yang terjadi
di Jakarta,” ujarnya.
10
Salah satu penonton, Ria, yang selama ini aktif dalam pementasan teater
bon
eka Papermoon merasa bangga pada pementasan drama “Gundala
Gawat”. Alasannya, pementasan seperti ini terbilang langka, mengingat
penyelenggaraannya tidak mudah dan sulit mencari dukungan sponsor.
“Sangat senang karena ini kesempatan mewah menurutku, karena makin ke
sini makin jarang orang yang konsentrasi dan terus mau untuk berteater dan
dengan pilihan-pilihan cerita naskah yang sehari-hari,” ujarnya.
11
Dayat, penggemar Teater Gandrik, menyukai
kritik tajam terhadap apa yang
sedang terjadi di sekitar masyarakat, tetapi disampaikan dengan gaya humor.
“Berbobot, meskipun ini sebenarnya ringan, mengambil dari cerita komik,
tetapi memberikan kritik yang cukup dalam,” ujarnya.
(Sumber:
www.voaindonesia.com/html
)
(2)
Masalah apa yang dikritik dalam pementasan drama tersebut?
(3)
Mengapa Goenawan Mohamad mengatakakan drama tersebut hanya guyonan
belaka?
(4)
Adakah informasi tambahan yang kalian peroleh tentang “Gundala Gawat” melalui
teks “Teater Gandrik Ubah Kisah Pahlawan Super Jadi Kritik Sosial” tersebut?
(5
)
Tulis ulanglah teks ulasan mengenai drama “Gundala Gawat” ini dengan
menggunakan kalimat sendiri tanpa mengutip satu kalimat pun dari kedua teks
ulasan yang telah disajikan
tentang drama tersebut. Pada teks ulasan yang kalian
buat itu, pikirkan agar semua tahapan tidak terlewatkan. Untuk itu, kalian bisa
menggali informasi dari berbagai media, seperti buku, majalah, koran, dan/atau
internet.
(6)
Bandingkan teks yang kalian buat pada nomor (5) itu dengan milik teman kalian.
Setelah itu, perbaikilah pekerjaan kalian agar lebih sempurna dalam hal struktur
teks dan ragam bahasa yang disyaratkan.
(7)
Bacalah dengan suara keras ulasan yang kalian hasilkan pada nomor (6) itu di
hadapan teman kalian. Mintalah saran kepada mereka tentang cara kalian membaca
ulasan itu dalam pengucapan kata dan intonasi. Setelah itu, mintalah mereka
membacakan ulasannya dan dengarkanlah! Berikan saran kepada mereka tentang
hal yang sama.
100
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Kegiatan 3
Kerja Mandiri Membangun Teks Ulasan
Membangun teks secara mandiri ini merupakan puncak dari seluruh kegiatan
membangun teks dengan segala isinya. Pada kegiatan sebelumnya, kalian sudah
memahami struktur teks ulasan dan bagaimana isi teks itu sendiri. Kalian juga sudah
memahami kaidah kebahasaa yang lazim digunakan dalam sebuah teks ulasan. Pada
Kegiatan 3 ini kalian diharapkan dapat membuat teks ulasan secara mandiri.
Tugas 1
Mengabstraksi Teks “’Negeri 5 Menara’: Mimpi Beda, Rasa
Sama”
(1)
Bacalah artikel yang membahas sebuah film berjudul “Negeri 5 Menara” berikut
ini.
Negeri 5 Menara: Mimpi Beda, Rasa Sama
Judul
:
Negeri 5 Menara
Tahun
:
2012
Sutradara
:
Affandi Abdul Rachman
Pemain
:
Gazza Zubizareta, Rizki Ramdani, Billy Sandy,
Jiofani Lubis, Ernest Samudera, Aris Putra,
Lulu Tobing, dan Ikang Fawzi
Tiga hal yang kerap ditemukan dalam film Indonesia belakangan ini adalah
kampung halaman, ambisi, dan persahabatan. Masih hangat dalam ingatan kita
mengenai film, seperti “
Tendanga
n dari Langit”, “Semesta Mendukung’
, dan
“
Laskar
Pelangi
”.
Persahabatan, kampung halaman, dan ambisi menghadirkan
kehangatan tersendiri yang mudah dicerna penonton Indonesia, sebuah perasaan
yang kemudian direproduksi dalam pengulangan formula serupa. Alasannya bersifat
ekonomis, yakni merangkul penonton massal dari segala kelas untuk berbondong-
bondong ke bioskop, yang kemudian diterjemahkan menjadi keuntungan
besar. Perkenalan lewat novel juga dijadikan strategi sendiri untuk mendorong
komunitasnya dalam menyaksikan versi layar lebarnya. Hasilnya bagi pembuat film
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
101
adalah membuka kesempatan
sekuel atau melebarkan sayap
melalui bentuk pertunjukan
lain.
Laskar Pelangi
, misalnya,
dikreasi ulang menjadi pentas
musikal di atas panggung
.
Formula ala
Laska
r Pelangi
ternyata menular juga pada
Negeri 5 Menara
, baik novel
yang ditulis oleh Ahmad Fuadi
maupun adaptasi filmnya yang
disutradarai Affandi Abdul
Rachman (sebelumnya
The
Perfect House
,
Heartbreak.
com
, dan
Pencarian Terakhir
).
Kedua karya ini mempunyai
pola cerita yang tak ayal menyandingkan keduanya dalam satu lini yang sama.
Bermimpi, menjadikan mimpi itu nyata, menemui kegagalan, dan akhirnya muncul
sebuah pertanyaan krusial, “Apakah semua mimpi akhirnya harus terwujud untuk
dikategorikan sebagai sebuah kesuksesan?”
Penantian Panjang dan Lambat
Film “
Negeri 5 Menara”
berkisah tentang Alif, pemuda yang menghabiskan
hidupnya di tengah keluarga religius di Tanah Gadang. Ia bermimpi menjejakkan
kaki di Pulau Jawa dan masuk dalam barisan mahasiswa sebuah kampus tersohor
di Bandung. Sayang, orang tuanya menganggap sia-sia kalau sudah sampai di Jawa,
Alif tidak menuntut ilmu agama. Jadilah Alif seorang murid Pondok Madani.
Untungnya, ada kelima sahabatnya yang sukses membuat Alif sedikit kerasan
di tengah peraturan yang mengikat dan kadang terkesan konyol. Bersama Baso,
Atang, Raja, Said, dan Dulmajid mereka mencari-cari mimpi apa yang bisa mereka
wujudkan selepas dari pondok pesantren tersebut. Tersebutlah negara-negara
dengan penandanya yang khas. Ini makin membuat enam sekawan itu makin
menjadi dalam bermimpi.
Sejak awal perkenalan dengan tokoh Alif, penonton seperti diarahkan dan
diberi peringatan kalau kisah hidup Alif cukup panjang untuk diikuti. Pergolakan
keinginan Alif yang berbenturan dengan rasa ingin membanggakan kedua orang
tuanya dijabarkan cukup detail dan panjang dalam satu perjalanan waktu. Penonton
seperti diberi posisi
strategis untuk menikmati perjalanan seorang anak lewat waktu
yang berjalan lambat. Detail yang disampaikan seperti ingin menguliti semua gerak
Alif layaknya orang tua yang protektif. Sampai masuk ke pondok pesantren, posisi
itu masih tersedia bagi penonton meskipun Alif sudah tidak lagi tinggal bersama
orang tuanya.
(Sumber:
http://cinemapoetica.com
)
Gambar 5.3 Salah Satu Adegan dalam Film “Negeri 5
Menara”
102
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Ada Ustaz Salman (diperankan oleh D
onny Alamsyah)
yang mendadak punya
posisi signifikan dengan keberadaan Alif dan kawan-kawannya. Ustaz Salman selalu
tampil heroik ketika enam sekawan itu terjepit dalam situasi lemah. Sayangnya,
tokoh terdekat yang seharusnya memiliki kekuatan emosional yang erat dengan
anak-anak itu justru terasa layaknya tokoh sampingan yang sekadar lewat saja.
Di awal, pengaruh Ustaz Salman begitu terasa nyata dengan kalimat menggugah:
Man jadda wajada.
Semangat yang di awal begitu terasa menggugah hati keenam
sahabat itu malah luruh begitu saja justru di saat keenamnya tersebut makin akrab.
Padahal, sebagai tokoh yang sudah cukup menarik perhatian di awal, Ustaz Salman
bisa mengambil peran penting dalam kisah anak-anak ini selama di pondok.
Di awal terlihat jelas saat kekakuan antarsiswa masih terasa, Ustaz Salman
menco
ba membakar semangat mereka, membuat mereka bertanya-tanya apa
sebenarnya tujuan mereka di pondok tersebut. Setelah itu, enam sekawan ini
menjadi salah satu produk sukses Ustaz Salman dalam mengompori muridnya
yang masih hijau dan mempunyai banyak ambisi. Eksistensi Ustaz Salman perlahan
seolah menghilang pada hubungan emosional dengan para siswanya. Saat akhirnya
Ustaz Salman meninggalkan pondok, tidak ada kontak yang dilakukan dengan
keenam siswa tersebut. Entah adegan sengaja tidak dibuat dramatis yang berlebihan
atau ingin menyampaikan peran Ustaz Salman yang sudah selesai saatnya ia pergi
meninggalkan Alif dan kawan-kawan yang sedang berapi-api mengejar mimpinya.
Pertanyaan lainnya adalah sampai kapan penon
ton harus menunggu hingga
konflik mulai muncul ke permukaan? Sepanjang film penonton dihadapkan pada
masalah-masalah kecil yang tidak berdampak bagi jalan cerita ataupun hubungan
antartokohnya. Contohnya adalah keinginan Alif untuk sekolah di ITB. Berbagai
cara ia coba supaya bisa masuk sana, termasuk “menyabotase” ujiannya sendiri.
Di tengah-tengah cerita juga terselip angan-angan Alif saat ia berkunjung ke
Bandung. Saat itu penonton seperti hanya diingatkan dengan ambisi Alif di awal
film, tetapi tidak ada tindak lanjut sampai film usai. Masalah yang ditampilkan
timbul tenggelam seolah tidak penting bagi para tokohnya. Di samping itu, ada
sejumlah masalah kecil yang sebenarnya bisa menjadi penghubung para tokoh.
Saat itulah penantian tersebut membuahkan kebosanan dan ritme yang serba datar,
tidak memberikan letupan perasaan yang begitu menggebu-gebu. Banyaknya tokoh
yang disorot dan juga tokoh pendukung yang muncul bisa jadi alasan dari alpanya
perasaan itu.
Ansambel yang Akrab
Lantas, dari mana perasaan hangat yang di awal sempat disebut menjadi
salah satu kekuatan film ini? Terlepas dari plot cerita yang cenderung lambat
dan tak beraturan, keenam toko
h utama yang tergabung dalam ansambel film
ini mempunyai kekuatan tersendiri. Alif menjadi tokoh sentral yang lengkap
dengan ambisinya untuk meninggalkan pondok, tetapi terbentur dengan ikatan
persahabatan yang dimiliki. Baso, siswa asal Gorontalo, mungkin menyisakan
sedikit kesan yang berbeda jika dibandingkan lima tokoh lainnya. Ia tampak
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
103
sederhana, cerdas, dan bersahaja. Di balik kesederhanaannya itu, ada sisi yang
begitu menyentuh Alif dan kawan-kawan, termasuk menyisakan ruang hangat bagi
penonton.
Sekilas ada momen-momen penuh pesan ala motivator yang mencoba
membakar semangat. Seperti Ustaz Salman yang begitu berapi-api di awal, ada
seseorang dalam enam sekawan ini yang tanpa disadari memiliki kemampuan
serupa dengan
sang ustaz, tetapi dengan cara yang lebih menyentuh. Baso sukses
meredam emosi-emosi Alif atau teman-teman saat menemukan perselisihan. Pada
adegan yang cukup emosional, Baso harus kembali ke kota kelahirannya demi
mengurus neneknya yang sakit keras. Kelima kawannya mengelilinginya dengan
wajah sedih, nyaris berlinang air mata.
Baso sebagai orang yang ditangisi terlihat santai dan tidak menahan beban.
Ter
jelaskanlah peran Baso sebagai
wingman
sang tokoh utama. Perannya memberi
dampak pada jalan cerita dan merekatkan tokoh-tokoh lainnya. Kelekatan
para tokoh ini yang akhirnya membangun kehangatan antarpribadi. Penonton
disuguhkan sisi menyenangkan saat mereka masih berangan-angan menjelajahi
dunia pascakelulusan mereka dari pondok. Impian yang serba selangit itu kembali
didukung lewat aksi-aksi keenamnya yang mencoba mendobrak aturan pondok
yang serba ketat. Momen yang satu per satu terjadi itulah yang membuat adanya
pertemuan rasa nyaman, persahabatan, dan juga nostalgia ambisi yang dibangun
lewat ansambel pemain film ini.
Sejak awal sudah muncul tebakan seputar ke
mana alur cerita akan berjalan,
mungkin karena formula yang digunakan terasa begitu akrab bagi penonton film
Indonesia. Tentunya formula mujarab ini tidak berhenti sampai sini. Konon sederet
film-film adaptasi berpola sama diluncurkan tahun 2012 ini. Setidaknya keakraban
enam sekawan “
Negeri 5 Menara”
masih sangat nikmat untuk diikuti meski formula
filmnya sendiri sudah terlalu familiar.
(Diolah dari
http://cinemapoetica.com
)
(2)
Setujukah kalian bahwa film ini sangat inspiratif? Mengapa?
(3)
Apakah film ini mengandung nilai-nilai pendidikan? Apa saja?
(4)
Buatlah teks ulasan tentang film “Negeri 5 Menara” tersebut dengan menggunakan
bahasa kalian sendiri. Perhatikan struktur teks dan kaidah kebahasaan yang
membangunnya.
(
5)
Agar teks yang kalian buat pada nomor (4) memenuhi kriteria yang dituntut, kalian
harus meneliti dan menata ulang pekerjaan kalian itu berkali-kali.
104
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Tugas 2
Mengonversi Teks “Menunggu Godot”
Tugas kalian pada bagian ini adalah sebagai berikut.
(1)
Bacalah penggalan dialog drama “Menunggu Godot” di bawah ini.
(2)
Catatlah hal penting dalam dialog tersebut.
(3)
Interpretasikanlah pementasan drama “Menunggu Godot” yang terlihat pada
beberapa gambar pementasan berikut.
Menunggu Godot
(Sumber:
antarafoto.com
)
(Sumber: fiksi.kompasiana.com)
Sumber: antara-sulawesiselatan.com
Sumber: youtube.com
Gambar 5.4 Pementasan “Menunggu Godot”
“Menunggu Godot” merupakan naskah drama karya Samuel Backett. Naskah
ini ditulisnya sejak 9 Oktober 1948 hingga 29 Januari 1949. “Menunggu Godot”
pertama kali dipentaskan di Paris pada 5 Januari 1953. Naskah ini ditulis dalam
bahasa Prancis dan diterjemahkan ke dalam banyak bahasa, termasuk Indonesia.
Naskah drama ini terdiri atas dua babak, memiliki keunikan tersendiri,
yaitu berlatarkan tempat dan waktu yang sama: berlatar sebuah jalan di desa pada
suatu senja. Pada jalan itu terdapat sebuah pohon. Pada babak I, pohon itu tanpa
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
105
daun, dan pada babak II sudah muncul beberapa helai daun. Tokoh yang terdapat
dalam naskah ini hanya lima orang, yakni Vladimir, Estragon, Pozzo, Lucky, serta
Boy. Satu tokoh yang tidak muncul dalam dialog adalah Godot. Godot merupakan
sosok yang sangat dinantikan oleh para tokoh lain. Ia merupakan simbol dari
ex
absentia
, yakni
‘keberadaan dari ketiadaan’
. Wujudnya tidak pernah ada, tetapi
namanya dibicarakan terus-menerus; ia tidak muncul. Tanpa kehadiran fisiknya,
Godot tetap memiliki kemampuan untuk menunjukkan kekuasaannya kepada
Vladimir dan Estragon untuk tetap menunggunya kedatangannya.
Penant
ian kedua tokoh itu, Vladimir dan Estragon, menjadi sebuah penantian
panjang. Selama itu mereka melewatkan waktu dengan memperdebatkan hal-hal di
sekitar mereka, di antaranya sepatu, topi, pohon, peristiwa penyaliban, atau kisah
penyelamatan. Tokoh lain yang kemudian hadir di tengah cerita adalah Pozzo dan
Lucky, sang tuan dan budaknya, serta seorang utusan Godot yang beberapa kali
datang dan mengatakan hal yang sama bahwa Godot tidak bisa datang sekarang,
tetapi besok. Selama waktu berjalan, peristiwa yang sama berulang kembali dan
Godot tidak pernah menampakkan dirinya sampai akhir cerita.
Sementara Menunggu Godot
Karya
:
Samuel Beckett
Terjemahan
:
B. Very Handayani
Editor naskah
:
Yudi Ahmad Tajuddin
Editor
:
Amien Wangsitalaja
Penerbit buku
:
Tarawang
Pemain:
Estragon (Gogo)
Vladimir (Didi)
Pozzo
Lucky
ADEGAN I
Sebuah jalan desa. Sebatang pohon. Petang hari Estragon duduk di sebuah gundukan,
sedang mencoba melepaskan sepatu bootnya. Dia menarik kedua tangannya, lalu
terengah-engah. Dia menyerah, Nampak sangat lelah, istirahat dan mencobanya
lagi seperti sebelumnya. Masuk Vladimir
.
106
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Estragon
(
menyerah lagi
)
Sia-sia!
Vladimir
(
Maju dengan langkah pendek, berjalan kaki, kedua kakinya melangkah
lebar
) Aku mulai setuju dengan pendapat itu. sepanjang hidup aku mencoba
menjauhkannya dariku dengan berkata; Vladimir cobalah berpikir, kau bahkan
belum mencoba semuanya. Dan aku terus berjuang. (
Dia termenung, memikirkan
perjuangannya. Lalu berpaling pada Estragon
). Jadi kau di sini lagi.
Estragon
Memang
Vladimir
Aku senang melihatmu lagi. Aku kira kau telah pergi untuk selamanya.
Estragon
Aku juga.
Vladimir
Bersama lagi, akhirnya! Kita harus merayakannya. Tapi bagaimana caranya? (
dia
berpikir
) Bangunlah dan aku akan memelukmu.
Estragon
(
dengan marah
)
Jangan sekarang. Jangan sekarang.
Vladimir
(
terluka, dengan dingin
)
Bolehkah hamba tahu di manakah tuan puteri menghabiskan malamnya?
Estragon
Di selokan.
Vladimir
(
Dengan kagum
)
Selokan? Di mana?
Estragon
(
tanpa isyarat
)
Di sana.
Vladimir
Dan mereka tidak memukulmu?
Estragon
Memukulku? Tentu saja mereka memukulku.
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
107
Vladimir
Gerombolan yang sama?
Estragon
Sama? Aku tidak tahu.
Vladimir
Jika aku memikirkan hal itu... selama ini... apa jadinya kamu tanpa aku.... (
dengan
tegas
) pada saat itu, kau tidak lain hanya seoonggok tulang. Aku yakin akan hal itu.
Estragon
Lantas?
Vladimir
(
dengan muram
)
Itu keterlaluan untuk seorang manusia (
Pause. Dengan ceria
) tapi sebaliknya, apa
untungnya saat ini putus asa, itu yang aku katakan. Kita seharusnya memikirkan
hal itu jutaan tahun yang lalu. Pada abad ke-19.
Estragon
Ah, hentikan ocehanmu dan bantu aku menyingkirkan barang rongsokan ini.
Vladimir
Pada awalnya, saling bergandengan di puncak menara Eiffel. Kita sangat cantik
pada saat-saat itu. Akan tetapi, sekarang sudah terlambat. Mereka bahkan tak akan
pernah membiarkan kita naik lagi. (
Estragon membuka sepatunya
) Apa yang akan
kau lakukan?
Estragon
Mencopot sepatu bootku. Apa kau tidak pernah melakukannya?
Vladimir
Sepatu harus dilepas setiap hari. Aku telah mengatakan hal itu padamu. Kenapa
kau tidak mencoba mendengarku?
Estragon
(
dengan lemah
)
Bantu aku!
Vladimir
Sakitkah?
Estragon
Sakit! Dia ingin tahu apakah ini menyakitkan?
108
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Vladimir
(
dengan marah
)
Tak ada orang yang menderita selain kau, aku tidak termasuk. Aku ingin dengar
apa yang akan kau katakan jika tahu apa yang aku alami.
Estragon
Sakitkah?
Vladimir
Sakit! Dia ingin tahu apakah itu menyakitkan!
Estragon
(
menuding
)
Kau mungkin mengancingkannya. Sama saja.
Vladimir
(
membungkuk
)
Benar (dia mengancingkan tutup luarnya) jangan pernah remehkan hal-hal kecil
kehidupan.
Estragon
Apa yang kau harapkan, kau selalu menunggu sampai saat terakhir
Vladimir
(
Termenung
)
Saat terakhir.... (
dia merenung
)
Harapan yang tertunda memang menyakitkan. Siapakah yang mengatakannya?
Estragon
Kau tidak menolongku?
Vladimir
Kadang-kadang aku merasa semuanya menjadi sama saja. Lalu, aku merasa semuanya
menggelikan. (
dia melepaskan topinya, menatap tajam ke dalamnya menggoncang-
goncangkannya, lalu memakainya lagi
) Bagaimana aku mengatakannya? Lega
dan pada saat yang bersamaan... (
dia mencari kata yang tepat
)...ngeri. (
dengan
penekanan
) Ngeri (
dia melepaskan topinya lagi, menatap tajam ke dalamnya
) Lucu
(
dia mengetuk-ngetuk bagian atasnya seolah-olah mengusir bagian yang asing.
Melihat bagian dalamnya lagi, memakainya kembali
) Sia-sia saja. (
Estragon dengan
kekuatan penuh berhasil menarik sepatu bootnya. Dia melihat bagian dalamnya,
menggoncang-goncangnya, melihat ke tanah untuk memastikan apakah ada sesuatu
yang keluar dari sepatunya, tidak menemukan apa-apa, merogoh dalamnya lagi.
Menatap Vladimir dengan pandangan yang kabur
). Bagaimana?
Estragon
Tak ada.
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
109
Vladimir
Perlihatkan
Estragon
Tak ada yang perlu diperlihatkan
Vladimir
Coba pakailah lagi
Estragon
(
memeriksa kakinya
)
Aku akan mengangin-anginkannya sebentar.
Vladimir
Ada banyak orang sepertimu. Menyalahkan sepatunya, padahal kakinya yang
salah. (
Dia melepas topinya lagi melihat ke dalamnya, merabanya, mengetuk bagian
atasnya, meniupnya dan memakainya lagi
) hal ini mulai mengkhawatirkan (
Hening,
Vladimir berpikir keras, Estragon menarik-narik jari-jari kakinya
) Salah satu pencuri
itu diselamatkan.
(pause)
Bagian yang masuk akal.
(pause)
Gogo.
Estragon
Apa?
Vladimir
Seandainya kita bertobat
Estragon
Bertobat apa?
Vladimir
Oh...(
dia berpikir
) kita tidak perlu membahas detilnya
Estragon
Tentang kelahiran kita? (
Vladimir tiba-tiba tertawa terbahak-bahak, tetapi dengan
segera ia menjadi sesak napas, tangannya menekan bagian bawah tubuhnya,
wajahnya menyeringai kesakitan
.)
(4)
Apakah kalian bisa membayangkan adegan dalam penggalan dialog di atas?
(5)
Bisakah kalian memahaminya?
(6)
Jika dikaitkan dengan gambar yang ada sebelumnya, dapatkah kalian merangkaikan
peristiwanya?
110
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
(7)
Pernahkah kalian mendengar kata
godot
? Apakah godot itu?
(8)
Dikatakan bahwa drama ini berlatar sebuah jalan di desa pada suatu senja. Pada
jalan itu terdapat sebuah pohon. Pada babak I, pohon itu tanpa daun, dan pada
babak II sudah muncul beberapa helai daun. Lalu, apa makna pohon tersebut?
Coba kalian jelaskan.
(9)
Martin Esslin mengemukakan bahwa dalam
mengkaji sebuah pementasan drama
ada tujuh tanda yang harus dicermati: pertama, ikon, indeks, dan simbol dalam
drama; kedua, pembingkaian; ketiga, aktor; keempat, visual dan desai; kelima,
kata/teks; keenam, musik dan bunyi; dan ketujuh, panggung dan layar. Jadi, drama
merupakan karya multidimensional yang dapat dikaji dari banyak sisi.
Dalam khazanah sastra Indonesia dikenal sederetan penulis drama modern yang
cukup mapan. Mereka, antara lain, ialah Nasjah Djamin, Kirdjomuljo, Iwan
Simatupang, Utuy T. Sontani, Motinggo Busye, Kuntowijoyo, B. Sularto, Sitor
Situmorang, Akhudiat, Asrul Sani, W.S. Rendra, Arifin C. Noer, Putu Wijaya, Remi
Sylado, Seno
Gumira Ajidarma, Teguh Karya, Noorca M. Massardi, Riantiarno,
dan Wisran Hadi. Perlu juga diketahui, Samuel Beckett adalah seorang penulis
drama kelahiran Dublin, Irlandia.Ia pernah dianugerahi Nobel Sastra pada 1969.
Tugas kalian berikutnya adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang
drama “Menunggu Godot” yang ditulis oleh sastrawan kondang ini dari berbagai
sumber. Setelah itu, kalian diminta untuk mengonversikan naskah drama, gambar,
serta berbagai informasi yang telah kalian peroleh menjadi sebuah teks ulasan.
(10)Bandingkanlah teks ulasan yang kalian buat dengan teman yang lain. Diskusikan
bersama!
Tugas 3
Memproduksi Teks Ulasan
Di akhir pelajaran ini, kalian diharapkan bisa membangun teks ulasan secara
mandiri.
Kalian mengenal legenda Sangkuriang? Pernahkah kalian melihat atau
mengunjungi Gunung Tangkuban Perahu? Pada 1982 legenda Sangkuriang diangkat
ke layar lebar dengan dua judul yang berbeda, “Sangkuriang”
dan “Tangkuban Perahu”
.
Legenda Sangkuriang juga ditayangkan dalam bentuk sinetron dengan judul yang sama,
yaitu “Sangkuriang”
(2013)
.
Film “Sangkuriang”
disutradarai oleh Sisworo Gautama Putra. Sinopsis film
tersebut adalah sebagai berikut.
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
111
Sangkuriang
Karena malas mengambil teropong benangnya yang jatuh, Dayang Sumbi
mengucap: kalau ada yang membantu mengambilkan teropong, akan dijadikan
suami. Ternyata Lengser, pegawai kerajaan, yang mengambilkan. Ayah Sumbi, Raja
Prabangkara, marah ketika mendengar Sumbi menjadi istri Lengser dan hamil.
Lengser menjadi anjing ketika diumpat raja dan Sumbi diusir ke hutan. Sumbi
bersama sang anjing, Tumang,
bersama membesarkan anak mereka, Jaka Sona.
Jaka Sona selalu ditemani Tumang, tetapi ia tidak mengetahui bahwa itu ayahnya.
Ketika Sumbi menginginkan hati menjangan, Jaka mencarikannya. Menjangan
tak kunjung ia peroleh. Karena kesal, ia menakut-nakuti Tumang. Dengan panah.
Panah melesat, Tumang tewas. Ia mengambil dengan paksa hati anjing itu dan
diserahkan kepada Sumbi. Ketika mengetahui Tumang tewas, Sumbi marah dan
mengusir Jaka. Jaka lalu bernaung di sebuah gua.
Di sinilah ia mendengar suara gaib, bertapa sembilan tahun, mendapat
kesaktian dan berubah jadi Sangkuriang. Ia
lalu turun gunung membantu rakyat
yang ditindas Prabangkara yang sebenarnya kakeknya sendiri. Ibunya hanya ditemui
kuburannya dan Sangkuriang harus berhadapan dengan raja dan para prajuritnya.
Waktu menghindar dari kejaran para prajurit, ia bertemu dengan wanita yang
mengaku bernama Larasati, yang mirip Sumbi. Mereka saling jatuh cinta, tetapi lalu
Larasati alias Sumbi yang menyamar untuk menghindar dari pencarian ayahnya,
mengenali Sangkuriang itu anaknya dari bekas luka di kepalanya. Dikatakanlah siapa
dirinya sebenarnya, tetapi Sangkuriang tidak mau tahu. Maka ketika Sangkuriang
tetap mendesak untuk kawin, Sumbi memberi syarat: membendung Citarum,
membuat danau, dan membangun perahu. Syarat dipenuhi, bahkan sambil berduel
dengan Prabangkara di tengah usahanya itu. Prabangkara tewas. Usaha penyadaran
Sumbi tetap tak berhasil. Sangkuriang tetap bersikukuh dengan keinginannya.
Ketika Sumbi hendak dicium, tiba-tiba berubah jadi bunga. Sangkuriang menyesal.
Perahu yang sudah jadi ditendang dan jadilah Gunung Tangkuban Perahu.
(Sumber:
http://filmindonesia.or.id/
)
Berikut adalah sinopsis film “Tangkuban Perahu”
yang disutradarai oleh Lilik
Sudjio.
112
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Tangkuban Perahu
Dayang Sumbi termakan sumpahnya sendiri: ia harus menerima Si Tumang,
seekor anjing yang ternyata penjelmaan Dewa, menjadi suaminya. Beberapa tahun
kemudian lahirlah bayi lelaki dan diberi nama Sangkuriang. Ke manapun bocah
Sangkuriang ini pergi selalu diikuti oleh Si Tumang. Suatu ketika, Dayang Sumbi
in
gin sekali memakan daging menjangan. Pergilah Sangkuriang bersama Si Tumang
berburu ke hutan atas perintah Dayang Sumbi. Nasib Sangkuriang tidak beruntung,
tak seekor pun binatang didapatnya. Karena kesal terhadap si Tumang, maka anjing
itu ditakut-takutinya dengan panah dan akhirnya terbunuh. Dayang Sumbi sangat
marah mengetahui Si Tumang mati akibat Sangkuriang. Maka Sangkuriang lalu
pergi meninggalkan ibunya untuk mengembara, sementara ibunya dengan petunjuk
arwah suaminya, tetap awet muda.
Beberapa tahun kemudian Sangkuriang bertemu kembali dengan Dayang
Sumb
i yang tetap muda dan cantik. Mereka saling jatuh cinta. Dayang Sumbi
kemudian mengetahui bahwa pemuda itu tak lain adalah anak kandungnya. Maka
Dayang Sumbi mencari akal agar Sangkuriang membuat karya, antara lain membuat
perahu. Sangkuriang tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya. Sangkuriang pun
marah dan perahu ditendangnya hingga terbalik, yang konon menjadi Gunung
Tangkuban Perahu.
(Sumber: h
ttp://filmindonesia.or.id/
)
(1) Dua versi legenda yang berbeda telah kalian dapatkan. Sekarang tugas kalian
adalah membuat sebuah teks ulasan tentang legenda Gunung Tangkuban Perahu
tersebut berdasarkan interpretasi kalian sendiri. Kedua sinopsis film di atas
bisa kalian jadikan acuan.
(2) Agar informasi yang kalian peroleh lebih lengkap, carilah dari sumber lainnya,
bisa berupa buku, majalah, koran, internet, dan sebagainya.
(3) Setelah teks ulasan kalian selesai, peragakanlah di depan teman lainnya. Mintalah
pendapat mereka dan lakukan hal yang sama secara bergantian dengan teman
yang lain.